Bangkok (Antara Bali) - Australia mengupayakan kerja sama kawasan dalam
melawan ancaman serangan terorisme pasca-serangan bersenjata di kawasan
Sarinah, Jalan MH Thamrin, Jakarta, 14 Januari 2016, kata Menteri
Kehakiman Australia, Michael Keenan, Sabtu.
"Kawasan itu mengalami ancaman pegaris keras sama dengan dunia bahwa ada kelompok berbahaya membentuk diri di Timur Tengah, ISIS, dan mereka terus mengirimkan teror ke seluruh dunia," katanya kepada Reuters di Bangkok saat mengunjungi Thailand untuk membahas masalah keamanan regional.
Serangan di Jakarta yang menewaskan delapan orang, dan bom di Bangkok pada Agustus 2015menewaskan 20 orang, dinilai Keenan, memicu kedaruratan kawasan Asia Tenggara dalam melawan pegaris keras.
Keenan, yang juga Menteri Penanggulangan Terorisme Australia, mengatakan bahwa negerinya siap memberikan keahlian kepada pemerintah kawasan Asia Tenggara.
"Jika kita dapat membuat hubungan ini lebih kuat, maka kita harus mencari untuk melakukaannya karena perlawanan ini dilakukan bersama kami menyelesaikan masalah ini untuk menyelamatkan nyawa manusia," katanya.
Keenan mengatakan, Australia telah memperbarui larangan bepergian ke Indonesia namun belum mengganti tingkat ancaman yang berada pada tingkat tinggi.
"Kami tidak mau mengubah kebiasaan masyarakat yang terbuka. Kami suka fakta bahwa daerah ini sangat sibuk dengan orang-orang yang melintas," kata Keenan.
Ia menimpali, "Itu sebabnya kecerdasan sangat penting, berbagi informasi tentang orang yang mungkin terlibat."
Pada Selasa lalu (19/1) Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, berjanji untuk meningkatkan kerja sama melawan terorisme dan melawan ISIS.
Australia adalah sekutu setia AS dan telah melawan ISIS di Irak dan Suriah, serta mereka telah meningkatkan kewaspadaan serangan oleh radikal di dalam negeri masing-masing.
Wakil Perdana Menteri Thailand, Prawit Wongsuwan, minggu lalu mengatakan bahwa di Thailand tidak ditemukan bukti aktivitas ISIS.
Berdasarkan atas laporan yang diterimanya, simpatisan ISIS telah melintasi Thailand-Malaysia untuk bertemu dengan pemimpin agama di kawasan Selatan.
Sejak 2004 tiga provinsi yang didominasi Muslim di Thailand melakukan pemberontakan melawan pasukan keamanan Negeri Gajah Putih itu guna menuntuk otonomi yang lebih baik, dan aksinya menewaskan lebih dari 6,000 orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Kawasan itu mengalami ancaman pegaris keras sama dengan dunia bahwa ada kelompok berbahaya membentuk diri di Timur Tengah, ISIS, dan mereka terus mengirimkan teror ke seluruh dunia," katanya kepada Reuters di Bangkok saat mengunjungi Thailand untuk membahas masalah keamanan regional.
Serangan di Jakarta yang menewaskan delapan orang, dan bom di Bangkok pada Agustus 2015menewaskan 20 orang, dinilai Keenan, memicu kedaruratan kawasan Asia Tenggara dalam melawan pegaris keras.
Keenan, yang juga Menteri Penanggulangan Terorisme Australia, mengatakan bahwa negerinya siap memberikan keahlian kepada pemerintah kawasan Asia Tenggara.
"Jika kita dapat membuat hubungan ini lebih kuat, maka kita harus mencari untuk melakukaannya karena perlawanan ini dilakukan bersama kami menyelesaikan masalah ini untuk menyelamatkan nyawa manusia," katanya.
Keenan mengatakan, Australia telah memperbarui larangan bepergian ke Indonesia namun belum mengganti tingkat ancaman yang berada pada tingkat tinggi.
"Kami tidak mau mengubah kebiasaan masyarakat yang terbuka. Kami suka fakta bahwa daerah ini sangat sibuk dengan orang-orang yang melintas," kata Keenan.
Ia menimpali, "Itu sebabnya kecerdasan sangat penting, berbagi informasi tentang orang yang mungkin terlibat."
Pada Selasa lalu (19/1) Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama dan Perdana Menteri Australia, Malcolm Turnbull, berjanji untuk meningkatkan kerja sama melawan terorisme dan melawan ISIS.
Australia adalah sekutu setia AS dan telah melawan ISIS di Irak dan Suriah, serta mereka telah meningkatkan kewaspadaan serangan oleh radikal di dalam negeri masing-masing.
Wakil Perdana Menteri Thailand, Prawit Wongsuwan, minggu lalu mengatakan bahwa di Thailand tidak ditemukan bukti aktivitas ISIS.
Berdasarkan atas laporan yang diterimanya, simpatisan ISIS telah melintasi Thailand-Malaysia untuk bertemu dengan pemimpin agama di kawasan Selatan.
Sejak 2004 tiga provinsi yang didominasi Muslim di Thailand melakukan pemberontakan melawan pasukan keamanan Negeri Gajah Putih itu guna menuntuk otonomi yang lebih baik, dan aksinya menewaskan lebih dari 6,000 orang. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016