Singaraja (Antara Bali) - Dinas Kesehatan Kabupaten Buleleng, Bali menyebutkan penyakit kulit bersisik yang diderita empat warga Desa Bontihing akibat faktor genetik dan kekurangan gizi.
"Penderita penyakit kulit bersisik juga disebabkan beberapa faktor lain kekurangan gizi karena terkait pula dengan proses pertumbuhan anak tersebut," kata Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M dan PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, I Gede Suryawan, Selasa.
Ia memaparkan, terkait genetik disebabkan karena hereditas yakni ada gen-gen dari orangtua yang menurunkan kepada anak yang dilahirkan.
Kedua faktor itu juga berpengaruh terhadap proses penyembuhan. "Jika karena kurang gizi maka masih ada peluang untuk disembuhkan," kata dia.
Dikatakan, jika terkait kekurangan gizi dapat dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap nutrisi. Sementara untuk mencegah faktor hereditas, diperlukan konsultasi terlebih dahulu sebelum sepasang suami istri memutuskan untuk menikah.
"Solusinya harus konseling pra nikah, masing-masing harus terbuka, ada tidak latar belakang penyakit keduanya yang bisa menyebabkan kecacatan anaknya," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengatakan, pihaknya telah mendengar dan mengetahui empat warga di Desa Bontihing mengalami penyakit kulit bersisik.
Menurutnya bantuan dan perhatian telah diberikan sejak 2011 lalu. "Kami dulu sudah membantu tahun 2011 dan sekarang kembali muncul ramai lagi di media sosial (medsos). Penyakit kulit ini genetis, memang bukan jenis penyakit biasa," ujar Sutjidra.
Ia menambahkan, pihak keluarga telah dibantu perawatan kesehatan memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat, JKBM, dan BPJS. Meski demikian, keempat penderita kulit bersisik tetap diamati perkembangan kesehatannya, dan menyangkut penanganan medis tetap akan dibutuhkan.
Sebelumnya, empat warga Banjar Rendetin, Desa Bontihing, Kecamatan Buleleng kulitnya bersisik. Mereka adalah I Gede Adi Suardina (5), Komang Tisnayasa (7), Ni Luh Ranting (27) dan Nyoman Jasa (22). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Penderita penyakit kulit bersisik juga disebabkan beberapa faktor lain kekurangan gizi karena terkait pula dengan proses pertumbuhan anak tersebut," kata Kepala Bidang Pencegahan, Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan (P2M dan PL) Dinas Kesehatan (Dinkes) Buleleng, I Gede Suryawan, Selasa.
Ia memaparkan, terkait genetik disebabkan karena hereditas yakni ada gen-gen dari orangtua yang menurunkan kepada anak yang dilahirkan.
Kedua faktor itu juga berpengaruh terhadap proses penyembuhan. "Jika karena kurang gizi maka masih ada peluang untuk disembuhkan," kata dia.
Dikatakan, jika terkait kekurangan gizi dapat dilakukan dengan melakukan intervensi terhadap nutrisi. Sementara untuk mencegah faktor hereditas, diperlukan konsultasi terlebih dahulu sebelum sepasang suami istri memutuskan untuk menikah.
"Solusinya harus konseling pra nikah, masing-masing harus terbuka, ada tidak latar belakang penyakit keduanya yang bisa menyebabkan kecacatan anaknya," ujarnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Buleleng dr. Nyoman Sutjidra, Sp.OG mengatakan, pihaknya telah mendengar dan mengetahui empat warga di Desa Bontihing mengalami penyakit kulit bersisik.
Menurutnya bantuan dan perhatian telah diberikan sejak 2011 lalu. "Kami dulu sudah membantu tahun 2011 dan sekarang kembali muncul ramai lagi di media sosial (medsos). Penyakit kulit ini genetis, memang bukan jenis penyakit biasa," ujar Sutjidra.
Ia menambahkan, pihak keluarga telah dibantu perawatan kesehatan memanfaatkan Kartu Indonesia Sehat, JKBM, dan BPJS. Meski demikian, keempat penderita kulit bersisik tetap diamati perkembangan kesehatannya, dan menyangkut penanganan medis tetap akan dibutuhkan.
Sebelumnya, empat warga Banjar Rendetin, Desa Bontihing, Kecamatan Buleleng kulitnya bersisik. Mereka adalah I Gede Adi Suardina (5), Komang Tisnayasa (7), Ni Luh Ranting (27) dan Nyoman Jasa (22). (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016