Bangli (Antara Bali) - Salah seorang pelaku usaha bambu Putra Wisatawan di wilayah Bangli, rutin memasok beraneka jenis produk kerajinan ke sejumlah toko penjual cinderamata (art shop) di Tegalalang, Kabupaten Gianyar, Bali.

"Saya memiliki beberapa pelanggan art shop di Tegalalang, yang rutin meminta kiriman aneka kerajinan bambu antara 50-100 pieces produk setiap bulannya," kata Putra Wisatawan di Banjar Nyalian, Bangli, Rabu.

Produk itu sebagian besar dikirim keluar negeri seperti Eropa dan Amerika, yang sudah lama menjadi pasar kerajinan bambu asal Bangli. Bahkan tidak hanya pasar mancanegara, konsumen domestik juga banyak yang tertarik pada kerajinan bambu asal Bangli, khususnya dari Jakarta dan Medan.

Berbagai model kerajinan yang dibuat, menyesuaikan selera konsumen. Antara lain, lampu hias, bingkai foto, cermin, meja, hiasan gantung lonceng burung dan berbagai jenis hiasan dinding.

Dia menyatakan, meski usaha ini kadang mengalami kondisi pasang dan surut, namun rata-rata omzet per bulan mencapai Rp10 juta - Rp15 juta.

Disinggung mengenai bahan baku, Putra Wisatawan menyatakan kalau bambu-bambu itu didapatkan dari lingkungan tempat tinggalnya, mengingat Bangli merupakan habitat pohon bambu.

"Bambu tali paling banyak digunakan sebagai bahan baku. Satu ikat bambu, harganya Rp60 ribu. Setiap ikatan, ada yang berisi lima atau enam batang bambu, tergantung besar dan kecilnya ukuran," ujarnya.

Jenis bambu lain yang digunakan sebagai bahan kerajinan adalah bambu petung dan hitam. Bambu petung lebih sering digunakan untuk pembuatan kursi atau meja. Keunggulan bambu petung adalah mempunyai dinding yang tebal dan kokoh. Diameter bambu petung bisa mencapai lebih dari 20 sentimeter dan tanaman ini gampang dijumpai di berbagai pelosok Nusantara.

Bambu hitam, lanjutnya, disebut masyarakat Jawa sebagai "pring wulung" pun dapat menjadi bahan baku kerajinan yang bernilai tinggi. Keistimewaan bambu hitam adalah tekstur seratnya berkualitas bagus. Bambu hitam bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan, baik untuk rumah, gazebo atau berugaq.

Di samping itu, bambu hitam juga banyak dicari untuk bahan membuat kerajinan karena memiliki keindahan pada tampilan yang menarik dan berserat kuat. Sayangnya, karena banyak diburu, ketersediaan bambu hitam menjadi terbatas, dan berimbas harganya menjadi mahal.

"Untuk bahan baku, kecuali bambu hitam, kami belum mengalami kesulitan. Hanya sebagai pelaku usaha, kami mengharapkan pemerintah lebih memperhatikan nasib perajin. Sekarang ini yang justru mendapatkan perhatian malah pengepul, sehingga pengepul yang justru meningkat tingkat kesejahteraan hidupnya," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Tri Vivi Suryani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016