Singaraja (Antara Bali) - Kelompok nelayan Banyumandi, Kabupaten Buleleng, Bali mengembangkan terumbu karang buatan di wilayah perairan Teluk Banyuwedang untuk menjaga kelestarian ekosistem di daerah itu.
"Konservasi ekosistem bawah laut dilakukan lewat pemasangan sepuluh buah karang buatan melibatkan peran Balai Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab Buleleng, pemandu wisata, dan kelompok nelayan Banyumandi," kata Ketua Kelompok Nelayan Banyumandi, Nyoman Sandi, Sabtu.
Ia menjelaskan, terumbu karang buatan dari bahan campuran semen dan pasir, dinding luarnya berlubang-lubang, serta dipasangi terumbu karang lewat pola transplantasi.
Dikatakan, satu buah terumbu karang memiliki berat dua kwintal dan sepuluh exsodum diturunkan ke bawah laut, selanjutnya berfungsi sebagai rumah ikan atau biota laut lainnya.
"Kami berencana kedepannya kawasan bawah laut di Batu Ampar yang terletak di luar zona Taman Nasional Bali Barat (TNBB) mampu dikembangkan sebagai wisata bahari berbasis konservasi," ujar dia.
Lebih jauh, ia memaparkan, pengembangan terumbu karang bawah laut didukung mahasiswa-mahasiswi Undiksha Singaraja, Universitas Brawijaya, dan pihak BLH Buleleng. Masing-masing kampus melalui mahasiswa dan pengajarnya, ikut mengembangkan hutan manggrove berbagai jenis.
Selanjutnya, kata dia, pihaknya akan melakukan pemantauan pertumbuhan dilakukan berkesinambungan, menata dan merawat terumbu karang.
"Di lokasi inilah kami akan bekerja sama melibatkan pemerhati lingkungan, dan kalau di darat akan dikembangkan beragam jenis tanaman manggrove. Kawasan Batu Ampar, juga dapat digunakan sebagai pusat penelitian lembaga pemerhati lingkungan dan pendidikan antar kampus," tambah Sandi.
Sementara itu, Sandi berharap beberapa waktu mendatang perhatian moril tenaga dan pikiran dari pemerintah dan masyarakat masih dibutuhkan membantu kelestarian biota terumbu karang bawah laut.
"Memang kalau bicara hasil, ini masih membutuhkan waktu panjang. Nantinya terumbu karang ini menjadi warisan alam bawah laut kepada anak cucu di masa mendatang," harapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016
"Konservasi ekosistem bawah laut dilakukan lewat pemasangan sepuluh buah karang buatan melibatkan peran Balai Lingkungan Hidup (BLH) Pemkab Buleleng, pemandu wisata, dan kelompok nelayan Banyumandi," kata Ketua Kelompok Nelayan Banyumandi, Nyoman Sandi, Sabtu.
Ia menjelaskan, terumbu karang buatan dari bahan campuran semen dan pasir, dinding luarnya berlubang-lubang, serta dipasangi terumbu karang lewat pola transplantasi.
Dikatakan, satu buah terumbu karang memiliki berat dua kwintal dan sepuluh exsodum diturunkan ke bawah laut, selanjutnya berfungsi sebagai rumah ikan atau biota laut lainnya.
"Kami berencana kedepannya kawasan bawah laut di Batu Ampar yang terletak di luar zona Taman Nasional Bali Barat (TNBB) mampu dikembangkan sebagai wisata bahari berbasis konservasi," ujar dia.
Lebih jauh, ia memaparkan, pengembangan terumbu karang bawah laut didukung mahasiswa-mahasiswi Undiksha Singaraja, Universitas Brawijaya, dan pihak BLH Buleleng. Masing-masing kampus melalui mahasiswa dan pengajarnya, ikut mengembangkan hutan manggrove berbagai jenis.
Selanjutnya, kata dia, pihaknya akan melakukan pemantauan pertumbuhan dilakukan berkesinambungan, menata dan merawat terumbu karang.
"Di lokasi inilah kami akan bekerja sama melibatkan pemerhati lingkungan, dan kalau di darat akan dikembangkan beragam jenis tanaman manggrove. Kawasan Batu Ampar, juga dapat digunakan sebagai pusat penelitian lembaga pemerhati lingkungan dan pendidikan antar kampus," tambah Sandi.
Sementara itu, Sandi berharap beberapa waktu mendatang perhatian moril tenaga dan pikiran dari pemerintah dan masyarakat masih dibutuhkan membantu kelestarian biota terumbu karang bawah laut.
"Memang kalau bicara hasil, ini masih membutuhkan waktu panjang. Nantinya terumbu karang ini menjadi warisan alam bawah laut kepada anak cucu di masa mendatang," harapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2016