Jakarta (Antara Bali) - Indonesia Indicator mencatat isu terorisme internasional menjadi kejahatan yang paling banyak diberitakan media online di seluruh dunia sepanjang 2015.

Bahkan dalam tiga bulan terakhir, isu terorisme internasional mendominasi pemberitaan
di 1.230 media online nasional dan media online internasional berbahasa Inggris, kata Direktur Komunikasi Indonesia Indicator (2) Rustika Herlambang di Jakarta, Minggu.

"Terorisme internasional diberitakan sebanyak 104.061 kali atau mencapai 78,2 persen dari enam topik berbeda yang masuk dalam kategori kejahatan internasional," katanya.

Indonesia Indicator (I2) merupakan sebuah perusahaan di bidang intelijen media, analisis data, dan kajian strategis dengan menggunakan software AI (Artificial Intelligence). Topik yang dianalisis adalah terorisme internasional, perdagangan narkoba, perdagangan manusia, kejahatan siber, penyelundupan manusia, dan penyelundupan senjata.

Dalam pantauan mesin Intelligence Media Management (IMM), kata Rustika, terorisme internasional menjadi isu global dan melibatkan para pemimpin negara-negara besar, seperti Amerika Serikat, Prancis, Israel, Australia, dan Inggris.

"Sepanjang 2015, media internasional memberikan atensi pada pergerakan kelompok radikal ISIS, Taliban, Boko Haram, Al-Shahab, dan gerakan radikalisme lainnya," tuturnya.

Menurut dia, isu terorisme Internasional menjadi isu yang sangat massif di media online khususnya di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Hal ini pula yang kemudian menyebabkan isu Terorisme Internasional menjadi isu besar di seluruh media di dunia.

Terlebih lagi, selepas serangan di Paris bulan November 2015, terdapat kasus serangan bersenjata kepada warga sipil di Amerika Serikat. Insiden ini diindikasikan dengan jaringan teroris global, dan kemudian juga menjadi isu politik di negeri Paman Sam.

"Isu terorisme internasional menjadi isu negara-negara adidaya, seperti Amerika Serikat, Prancis, Inggris, Australia, Israel, dan Rusia. Negara-negara tersebut umumnya menjadi anggota Dewan Keamanan PPB. Kutipan pernyataan dari Barack Obama, Vladimir Putin, Francois Hollande, David Cameron, John Kerry, mendominasi wacana publik mengenai terorisme," jelasnya.

Persoalan terorisme Internasional, lanjut dia, dikaitkan dengan ISIS yang melakukan serangan ofensif terhadap negara-negara Barat. Nama Al Qaeda, Taliban, dan Boko Haram memang tidak terlalu banyak muncul di media online, hal itu terjadi karena seluruh mata media internasional tengah fokus pada ISIS.

Kejahatan Siber, kata Rustika, menjadi kejahatan kedua yang paling banyak disorot media. Total pemberitaan tentang kejahatan siber (Cyber Crime) di seluruh media online di dunia berbahasa Inggris mencapai 10.852 berita dalam tiga bulan terakhir.

Walaupun tak semassif isu terorisme, namun kejahatan siber dinilai sebagai kejahatan dengan perkembangan paling pesat di dunia saat ini.
Isu dan ekspos kejahatan siber sangat dominan terlihat di wilayah Asia Timur, khususnya Republik Rakyat Tiongkok, Hong Kong, dan Taiwan. Fenomena ini, kata Rustika, sejalan dengan temuan di Indonesia, yang beberapa kali menangkap kelompok pelaku penipuan online dan perbankan yang berasal dari jaringan Taiwan dan Tiongkok.

Kejahatan Internasional ketiga yang banyak disorot media adalah perdagangan narkoba yang eksposenya mencapai 9.686 berita. Persebaran isu perdagangan narkoba ini juga menjadi kejahatan internasional yang paling banyak diberitakan terjadi di Indonesia.

"Sebagian besar wilayah Indonesia memiliki ekspos isu perdagangan narkoba," tuturnya.

    Kejahatan Internasional di Indonesia
Untuk kawasan Asia Tenggara, Rustika memaparkan bahwa isu kejahatan Internasional juga didominasi oleh Terorisme Internasional. Namun di Indonesia, menunjukkan pergerakan isu yang berbeda.

Dalam tiga bulan, pemberitaan mengenai kejahatan Internasional di Indonesia tak hanya didominasi oleh Terorisme Internasional, namun juga perdagangan narkoba, yakni sebanyak 27 persen. Isu berikutnya yang mendapat perhatian media di Indonesia adalah mengenai perdagangan manusia (19 persen), kejahatan siber (15 persen), penyelundupan manusia (10 persen), serta penyelundupan senjata (2 persen).

"Mengenai narkoba cukup mengkhawatirkan. Dari 34 provinsi di Indonesia, terdapat 25 provinsi yang memiliki ekspos pemberitaan perdagangan narkoba dengan persentase lebih dari 50 persen (dari 6 kejahatan transnasional tersebut). Ini menjadi lampu merah atau situasi darurat yang tengah terjadi di akar rumput. Perdagangan Narkoba menjadi persoalan yang menyeluruh dan hampir merata di Indonesia," paparnya.

Secara global, enam topik kejahatan Internasional tersebut memiliki keterkaitan dengan situasi sosial politik dunia. Isu terorisme Internasional khususnya aktivitas ISIS dan gerakan terorisme, juga berkaitan isu kejahatan lainnya.

Misalnya, perdagangan narkoba merupakan salah satu praktik kejahatan yang dilakukan oleh jaringan teroris, seperti di Afganistan. ISIS menyatakan perang dengan Taliban untuk menguasai perdagangan narkoba di wilayah kekuasaan Taliban. Pendanaan gerakan terorisme juga disinyalir sebagian berasal dari uang hitam tersebut.

Selain itu, terorisme erat kaitannya dengan kejahatan penyelundupan senjata. Pola persebaran ekspos penyelundupan senjata umumnya juga terlihat di kantong-kantong pergerakan radikal dan teroris. Konflik dan teror di dunia nyata juga terefleksi di dunia siber.

Dalam topik kejahatan siber, juga terlihat ekspos berkaitan dengan terorisme. Hal ini dikarenakan propaganda ISIS sangat massif dan menyebar di internet. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Syaiful Hakim

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015