Denpasar (Antara Bali) - Musim kemarau yang melanda wilayah Bali seiring dengan berlangsungnya El Nino mengakibatkan melorotnya produksi padi dari 319.000 ton gabah kering giling (GKG) pada triwulan II-2015 menjadi hanya 158.000 ton pada triwulan III-2015.

"Penurunan produksi secara signifikan itu merupakan salah satu Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan pada triwulan III 2015 mengalami perlambatan pertumbuhan," kata Kepala Kantor Bank Indonesia Denpasar, Dewi Setyowati di Denpasar Minggu.

Ia dalam laporan kajian ekonomi dan keuangan regional Provinsi Bali menyebutkan penurunan terutama terjadi pada subkategori tanaman bahan makanan (tabama), subkategori holtikultura, dan subkategori perikanan.

Sejalan dengan perlambatan subkategori tabama, subkategori perikanan turut mengalami perlambatan, terlihat dari perlambatan tangkapan ikan di PPN Pengambengan, Kabupaten Jembrana.

Pertumbuhan tangkapan ikan di PPN Pengambengan, Jembrana pada triwulan III-2015 tercatat terkontraksi sebesar -10 persen (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan triwulan II-2015 yang mencapai 36 persen (yoy).

Berdasarkan hasil FGD dengan pelaku usaha di sektor perikanan, diperoleh informasi bahwa penurunan hasil tangkapan tersebut salah satunya merupakan dampak Peraturan Kemaritiman yang menyebabkan penurunan efisiensi hasil tangkapan ikan.

Seiring dengan perlambatan kinerja lapangan usaha pertanian, pertumbuhan penyaluran kredit sektor pertanian juga turut mengalami perlambatan menjadi hanya 25,16 persen (yoy), dari triwulan II 2015 yang sebesar 27,29 persen (yoy).

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panasunan Siregar dalam kesempatan terpisah menjelaskan, bahwa produksi padi di Bali berdasarkan angka ramalan kedua (Aram II) tahun 2015 diperkirakan sebesar 850.965 ton gabah kering giling (GKG) atau menurun 0,81 persen (6.979 ton) dibanding tahun 2014.

Menurunnya produksi tersebut diperkirakan terjadi karena berkurangnya luas panen 2.658 hektare (1,86 persen), meskipun produktivitas mengalami kenaikan sebesar 0,65 kwintal (1,08 persen.

Berkurangnya luas panen sebagai dampak dari musim kemarau itu paling tinggi terjadi di Kabupaten Tabanan yang mencapai 1.924 hektare (5,22 persen), menyusul Kabupaten Karangasem 1.069 hektare (8,77 pesen) dan Kabupaten Buleleng 830 hektare (3,74 persen).

"El nino telah memicu kekeringan pada sektor pertanian di sebagian daerah di Indonesia, termasuk Bali. Musim kemarau yang memicu terjadinya krisis air bersih maupun irigasi dampaknya semakin dirasakan petani," ujar Panasunan Siregar. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015