Denpasar (Antara Bali) - Sekretaris Jenderal Organisasi Kemasyarakatan Nasional Demokrat (Nasdem), Syamsul Mu'arif mengatakan, pembentukan Nasdem lebih dilandasi oleh niat mulia untuk melakukan restorasi nasional terutama perubahan moral bangsa.

"Itulah sebabnya kami dari tim pusat selalu berbicara dalam berbagai sosialisasi Nasdem, bahwa Nasdem bukan merupakan partai politik tetapi murni ormas yang ingin melakukan restorasi nasional dalam berbagai bidang kehidupan berbangsa dan bernegara," katanya di Denpasar, Jumat.

Pada acara sosialisasi dan konsolidasi Nasdem itu, ia mengatakan, Nasdem dibentuk bukan untuk membalas dendam bagi siapa pun, bagi partai politik tertentu di Indonesia, terutama Partai Golkar bersama Aburizal Bakrie.

"Bila Nasdem dibentuk atas dasar dendam atau pun ingin balas dendam maka itu bukan Ormas Nasdem. Kita berharap jangan ada orang berprasangka yang bukan-bukan," katanya.

Menurut Syamsul, penegasan seperti ini perlu terus menerus dilakukan menyusul adanya larangan dari partai besar di Indonesia terhadap anggota atau kader partai politik untuk bergabung dalam Nasdem.

Ia mengatakan, larangan ini muncul karena adanya prasangka buruk dari beberapa tokoh politik partai tersebut, yang mengira bahwa Nasdem ini akan berkembang menjadi sebuah partai politik.

"Makanya kami dalam berbagai sosialisasi Nasdem. Tim selalu menjelaskan berkali-kali kalau Nasdem itu bukan parpol. Sekalipun banyak orang mengira bahwa Nasdem itu akan bergerak ke arah parpol, untuk itu hanya waktu yang bisa menjawabnya," ucap mantan politikus Partai Golkar itu.

Ibarat sebuah buku, kata dia, yang memiliki 1.000 halaman, maka perkembangan ke arah parpol akan terdapat di halaman 999 karena hingga saat ini Nasdem baru memasuki halaman pertama.

Ke-40 orang deklarator Nasdem sama sekali tidak berambisi untuk menjadikan Nasdem sebagai partai politik, tetapi semuanya memiliki satu rasa, satu hati untuk restorasi nasional dalam berbagai bidang kehidupan.

Untuk itu, kata Syamsul, dalam berbagai sosialisasi, Nasdem selalu menerima semua para simpatisan, baik dari berbagai partai politik, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, mahasiswa, LSM serta seluruh lapisan masyarakat.

"Entah itu akan bergabung dalam Nasdem secara organisatoris maupun yang antipati atau hanya sekadar simpatisan belaka," ucapnya.

Semua itu, lanjut dia, tujuannya agar mereka bisa mendengar, menilai, memberi catatan kritis yang diharapkan berguna bagi perkembangan Nasdem.

Oleh karena itu, adanya satu atau dua partai yang melarang kadernya untuk bergabung ke Nasdem sangat tidak beralasan, karena semua partai hendaknya mendengar apa yang saat ini sedang dilakukan Nasdem.

Pada acara sosialisasi dan konsolidasi akbar di Bali dihadiri sekitar 250 orang oleh para simpatisan dan kader parpol politik dari berbagai kabupaten dan kota di Bali.

Beberapa tokoh Golkar yang hadir, antara lain Dewa Made Suamba Negara, Indriawan Karna dan Ida Bagus Oka Gunastawa.

Ketiganya kader tersebut sempat diperingati oleh DPD Golkar Bali agar tidak mengikuti Nasdem, apalagi ada surat edaran DPP Partai Golkar yang melarang kadernya bergabung ke Nasdem.

Selain tokoh Golkar hadir juga beberapa tokoh lainnya, seperti mantan Sekda Kabupaten Gianyar AA Gede Raka, mantan Sekretaris Kota Denpasar Made Westra, mantan Bupati Buleleng Ketut Wiratha Sindhu.

Disamping itu juga hadir mantan Ketua DPRD Buleleng Sudarmaja Duniaji, Ketua DPD PKDI Bali Eman Dewata Oja, serta mantan Wakapolda Bali yang juga adalah ketua panitia sosialisasi Njoman Gede Suweta.(*)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010