Denpasar (Antara Bali) - Direktur Rumah Sakit Mata Bali Mandara dr Ni Made Yuniti mengatakan RS milik Pemprov Bali itu saat ini masih terkendala kapasitas ruangan untuk melayani tingginya kunjungan pasien.

"Saat ini kunjungan pasien mencapai 200 orang perhari. Sementara dengan kapasitas ruangan dan SDM yang ada saat ini, RS baru mampu melayani idealnya 100 orang untuk setiap hari," kata Yuniti, di Denpasar, Jumat.

Selain itu, layanan operasi pada RS yang sebelumnya bernama RS Indera itu juga masih terkendala terbatasnya jumlah ruangan."Kami baru memiliki dua ruang operasi dan hanya mampu melakukan tindakan operasi bagi 20 pasien perhari," ucapnya.

Padahal, kata Yuniti, saat ini masih banyak pasien yang mendesak untuk dioperasi. Kondisi ini mengakibatkan pasien harus rela mengantre hingga tiga sampai empat minggu.

Dia mengemukakan, jika pengembangan RS Mata Bali Mandara dapat terealisasi akan menambah enam ruang operasi. Selain itu akan ada tambahan 33 tempat tidur. "Ruang layanan dan ruang tunggu juga akan kita tambah demi kenyamanan pasien," imbuhnya.

Di samping itu, persoalan lalu lintas juga telah diantisipasi dalam rencana pengembangan RS Mata Bali Mandara.

"Gedung baru dilengkapi basemen sehingga kendaraan yang selama ini parkir di badan jalan nantinya bisa masuk. Kami berharap pengembangan ini dapat segera terealisasi mengingat besarnya animo masyarakat untuk mendapat layanan kesehatan," kata Yuniti.

Sementara itu, sejumlah masyarakat yang ditemui di rumah sakit tersebut menyambut positif rencana pengembangan RS itu.

Seperti yang disampaikan Ni Wayan Nilatama, seorang warga Banjar Beringkit, Desa Belayu, Kabupaten Tabanan. Nilatama datang ke RS Mata Bali Mandara untuk mengantar Ni Wayan Latra, sang ibu yang menjalani operasi katarak di rumah sakit milik Pemprov Bali tersebut.

Ini merupakan operasi kedua yang dijalani sang ibu. "Sebelumnya sudah operasi yang kanan, sekarang yang kiri," ujar wanita paruh baya ini.

Nilatama mengaku sangat terbantu dengan keberadaan rumah sakit ini. Terlebih, dalam dua kali operasi, pihak keluarga tak terbebani biaya apapun karena memanfaatkan program JKBM.

Hanya saja, dia mengaku masih harus antre cukup lama untuk mendapatkan pelayanan. Karena itu, dia menyambut positif rencana pengembangan rumah sakit yang berlokasi di Jalan Angsoka Denpasar ini. "Kalau ada rencana pengembangan, tentu kami sambut positif," imbuhnya.

Hal senada diutarakan Wayan Sumarata, pasien katarak dari Denpasar. Karena terbatasnya ruangan, dia pun masih harus menunggu jadwal untuk menjalani operasi.

Dukungan juga disampaikan Jalal, warga Denpasar yang menderita mata merah dan tumbuh benjolan. Dia menilai, ruang pelayanan saat ini sempit dan kurang nyaman. "Sebagai masyarakat, tentunya saya mendukung rencana itu," ujarnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015