Denpasar (Antara Bali) - Hingga kini masih banyak guru yang dalam mengajarkan matematika di tingkat sekolah dasar maupun SMP dan SMA/SMK hanya berpedoman pada materi yang ada di kurikulum, sehingga justru bisa merusak logika berpikir matematis pada anak didik.
"Masih banyak guru yang mengajar hanya sesuai materi kurikulum saja. Padahal seharusnya mereka mengembangkan dengan berbagai teori, rumus atau cara hitungan matematis yang sesuai, sehingga logika berpikir anak didik semakin berkembang," kata Dr Ir Tedy Setiawan, MT, dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Denpasar, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu saat menjadi pelatih pada Program ICT (Information Communications Technology) Educations Center diikuti lebih dari 100 guru matematika SMU/sederajat yang diselenggarakan oleh Telkomsel.
Kegiatan ICT Telkomsel yang merupakan bagian dari pelaksanaan program tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) itu digelar menyambut peringatan Hari Guru Nasional sekaligus Hari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang jatuh 25 November.
Menurut Tedy, di berbagai daerah bahkan masih banyak guru yang tanpa sadar justru mengekang logika berpikir anak didik. Misalnya siswa yang dalam mengerjakan tugas tidak menggunakan cara sesuai yang diajarkan, langsung disalahkan.
"Itu kita ketahui dari banyaknya anak didik yang setelah pulang sekolah mengadu kepada orang tuanya. Hasil pengerjaan tugas sudah benar tetapi oleh guru disalahkan. Hal semacam itu jika dibiarkan bisa mengganggu perkembangan logika berpikir matematis yang banyak cara," ujarnya.
Tedy yang didampingi asistennya, Edi Kusnadi, mengaku telah memberikan pelatihan matematika di berbagai daerah, dan umumnya banyak guru yang kemudian mengaku telah salah dalam cara mengajar serta minta maaf.
"Hal itu terjadi akibat langkanya kegiatan pelatihan yang bertujuan memberikan penyegaran atau 'update' perkembangan ilmu matematika. Guru di berbagai daerah banyak yang sudah lebih lima tahun tidak mendapat kesempatan mengikuti program penyegaran," kata Edi Kusnadi yang berasal dari Bale Endah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sementara Eri Wahyu, selaku pihak pendamping pelaksanaan program pelatihan kerja sama Telkomsel itu, berharap kegiatan yang telah dilaksanakan di belasan daerah di Jawa dan baru pertama di Bali itu, bisa terus dilanjutkan dengan menjangkau lebih banyak guru di berbagai daerah.
"Pengajaran matematika penting guna melahirkan anak didik yang mampu bersaing di tingkat nternasional. Sejauh ini kontes matematika internasional lebih banyak dimenangkan anak didik dari China," katanya seraya memperkenalkan portal www.telkomselsahabatguru.com sebagai rujukan pengajaran matematika.
Manajer Telkomsel Cabang Denpasar Hendrat Wijanarko berharap kehadiran program pelatihan guru matematika bersama kelompok musyawarah guru selama dua hari tersebut dapat menunjang bekal pengetahuan guru, sekaligus mendukung kemajuan anak didik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Masih banyak guru yang mengajar hanya sesuai materi kurikulum saja. Padahal seharusnya mereka mengembangkan dengan berbagai teori, rumus atau cara hitungan matematis yang sesuai, sehingga logika berpikir anak didik semakin berkembang," kata Dr Ir Tedy Setiawan, MT, dosen Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Institut Teknologi Bandung (ITB) di Denpasar, Kamis.
Ia menyampaikan hal itu saat menjadi pelatih pada Program ICT (Information Communications Technology) Educations Center diikuti lebih dari 100 guru matematika SMU/sederajat yang diselenggarakan oleh Telkomsel.
Kegiatan ICT Telkomsel yang merupakan bagian dari pelaksanaan program tanggungjawab sosial perusahaan (CSR) itu digelar menyambut peringatan Hari Guru Nasional sekaligus Hari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) yang jatuh 25 November.
Menurut Tedy, di berbagai daerah bahkan masih banyak guru yang tanpa sadar justru mengekang logika berpikir anak didik. Misalnya siswa yang dalam mengerjakan tugas tidak menggunakan cara sesuai yang diajarkan, langsung disalahkan.
"Itu kita ketahui dari banyaknya anak didik yang setelah pulang sekolah mengadu kepada orang tuanya. Hasil pengerjaan tugas sudah benar tetapi oleh guru disalahkan. Hal semacam itu jika dibiarkan bisa mengganggu perkembangan logika berpikir matematis yang banyak cara," ujarnya.
Tedy yang didampingi asistennya, Edi Kusnadi, mengaku telah memberikan pelatihan matematika di berbagai daerah, dan umumnya banyak guru yang kemudian mengaku telah salah dalam cara mengajar serta minta maaf.
"Hal itu terjadi akibat langkanya kegiatan pelatihan yang bertujuan memberikan penyegaran atau 'update' perkembangan ilmu matematika. Guru di berbagai daerah banyak yang sudah lebih lima tahun tidak mendapat kesempatan mengikuti program penyegaran," kata Edi Kusnadi yang berasal dari Bale Endah, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.
Sementara Eri Wahyu, selaku pihak pendamping pelaksanaan program pelatihan kerja sama Telkomsel itu, berharap kegiatan yang telah dilaksanakan di belasan daerah di Jawa dan baru pertama di Bali itu, bisa terus dilanjutkan dengan menjangkau lebih banyak guru di berbagai daerah.
"Pengajaran matematika penting guna melahirkan anak didik yang mampu bersaing di tingkat nternasional. Sejauh ini kontes matematika internasional lebih banyak dimenangkan anak didik dari China," katanya seraya memperkenalkan portal www.telkomselsahabatguru.com sebagai rujukan pengajaran matematika.
Manajer Telkomsel Cabang Denpasar Hendrat Wijanarko berharap kehadiran program pelatihan guru matematika bersama kelompok musyawarah guru selama dua hari tersebut dapat menunjang bekal pengetahuan guru, sekaligus mendukung kemajuan anak didik.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010