Denpasar (Antara Bali) - Pengamat masalah adat dan agama di Bali Dr Ketut Sumadi mengharapkan momentum ritual perayaan Saraswati, hari lahirnya ilmu pengetahuan mampu memberikan kesejukan dan kedamaian kepada masyarakat dalam menyongsong pelaksanaan pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak 9 Desember 2015.
"Suksesnya pelaksanaan pilkada perlu didukung oleh nilai ajaran agama yang baik oleh seluruh elemen masyarakat sehingga mampu bersikap bijaksana dalam menyukseskan pemilihan kepala daerah tersebut," kata Ketut Sumadi yang juga direktur program doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Sabtu.
Pelajar dari seluruh jenjang pendidikan di Bali mengikuti perayaan Saraswati dengan melakukan persembahyangan bersama di tempat suci (pura) sekolah masing-masing, Sabtu (28/11).
Ia mengatakan, dengan adanya tindakan yang bijaksana dari seluruh elemen masyarakat merupakan bagian dari anugrah Tuhan Yang Maha Esa sehingga pelaksanaan Pilkada dapat terlaksana dengan aman, lancar dan sukses.
"Melalui perayaan Hari Saraswati kita semua berharap Pilkada serentak dapat memilih para pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat," harap Ketut Sumadi.
Ia mengingatkan umat Hindu melalui perayaan Saraswati mampu meningkatkan pemahaman terhadap ajaran agama dan menginflementasikan dengan keadaan lingkungan dan budaya lokal di mana mereka berada.
"Jika semua pihak dapat menerapkan cara yang demikian itu tidak akan terjadi konflik sosial yang dikait-kaitkan dengan ajaran agama, sebab ajaran agama diwahyukan untuk kebaikan hidup umat manusia, hidup yang harmonis, sejahtera lahir dan batin," ujar Ketut Sumadi.
Dalam kontek kearifan lokal di Bali Hari Saraswati inflementasinya sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tri Hita Karana konsep masyarakat Pulau Dewata yang diwarisi secara turun temurun dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari dalam tiga elemen yang satu sama lainnya saling mendukung.
Nilai filosofis masyarakat Bali yang selama ini telah dikembangkan untuk menjaga dan menjamin perkembangan pembangunan masa depan, termasuk penjabaran dalam kehidupan yang rukun dan harmonis berdampingan satu sama lainnya antarumat beragama.
Kondisi itu diperkaya pula dengan konsep "Menyama braya" yakni kehidupan dengan persaudaraan yang akrab dan harmonis, hidup berdampingan lintas agama yang satu sama lainnya saling menghargai dan menghormati.
Dengan demikian salah satu kearifan lokal Bali tidak hanya menjaga lingkungan, namun memelihara berbagai aspek kehidupan mulai dari bidang sosial, ekonomi hingga pembangunan pariwisata berkelanjutan yang menjadi penopang ekonomi dan kehidupan masyarakat Bali.
Saraswati menurut Ketut Sumadi merupakan salah satu hari suci bagi umat Hindu dalam memuja Hyang Aji Saraswati sebagai pengasah ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengantarkan kehidupan yang sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Suksesnya pelaksanaan pilkada perlu didukung oleh nilai ajaran agama yang baik oleh seluruh elemen masyarakat sehingga mampu bersikap bijaksana dalam menyukseskan pemilihan kepala daerah tersebut," kata Ketut Sumadi yang juga direktur program doktor Ilmu Agama Pascasarjana Institut Hindu Dharma Negeri (IHDN) Denpasar, Sabtu.
Pelajar dari seluruh jenjang pendidikan di Bali mengikuti perayaan Saraswati dengan melakukan persembahyangan bersama di tempat suci (pura) sekolah masing-masing, Sabtu (28/11).
Ia mengatakan, dengan adanya tindakan yang bijaksana dari seluruh elemen masyarakat merupakan bagian dari anugrah Tuhan Yang Maha Esa sehingga pelaksanaan Pilkada dapat terlaksana dengan aman, lancar dan sukses.
"Melalui perayaan Hari Saraswati kita semua berharap Pilkada serentak dapat memilih para pemimpin yang lebih memperhatikan kepentingan dan kesejahteraan rakyat," harap Ketut Sumadi.
Ia mengingatkan umat Hindu melalui perayaan Saraswati mampu meningkatkan pemahaman terhadap ajaran agama dan menginflementasikan dengan keadaan lingkungan dan budaya lokal di mana mereka berada.
"Jika semua pihak dapat menerapkan cara yang demikian itu tidak akan terjadi konflik sosial yang dikait-kaitkan dengan ajaran agama, sebab ajaran agama diwahyukan untuk kebaikan hidup umat manusia, hidup yang harmonis, sejahtera lahir dan batin," ujar Ketut Sumadi.
Dalam kontek kearifan lokal di Bali Hari Saraswati inflementasinya sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yakni hubungan yang harmonis dan serasi sesama umat manusia, manusia dengan lingkungan dan manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
Tri Hita Karana konsep masyarakat Pulau Dewata yang diwarisi secara turun temurun dijabarkan dalam kehidupan sehari-hari dalam tiga elemen yang satu sama lainnya saling mendukung.
Nilai filosofis masyarakat Bali yang selama ini telah dikembangkan untuk menjaga dan menjamin perkembangan pembangunan masa depan, termasuk penjabaran dalam kehidupan yang rukun dan harmonis berdampingan satu sama lainnya antarumat beragama.
Kondisi itu diperkaya pula dengan konsep "Menyama braya" yakni kehidupan dengan persaudaraan yang akrab dan harmonis, hidup berdampingan lintas agama yang satu sama lainnya saling menghargai dan menghormati.
Dengan demikian salah satu kearifan lokal Bali tidak hanya menjaga lingkungan, namun memelihara berbagai aspek kehidupan mulai dari bidang sosial, ekonomi hingga pembangunan pariwisata berkelanjutan yang menjadi penopang ekonomi dan kehidupan masyarakat Bali.
Saraswati menurut Ketut Sumadi merupakan salah satu hari suci bagi umat Hindu dalam memuja Hyang Aji Saraswati sebagai pengasah ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu mengantarkan kehidupan yang sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana tersebut. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015