Denpasar (Antara Bali) - Empat penari dari Bali akan membawakan Tari Nawasari pada sidang penetapan sembilan tari tradisi Bali yang diusulkan menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda dalam sidang UNESCO di Namibia, Afrika dari 1-2 Desember 2015.

"Tari yang kami namakan Nawasari ini berisikan sari-sari dari sembilan tarian yang dinominasikan atau ini mozaiknya, karena waktu tidak memungkinkan untuk menampilkan semuanya," kata Prof Dr I Wayan Dibia, guru besar Institut Seni Indonesia Denpasar di sela-sela menggelar gladi tari tersebut di Denpasar, Jumat.

Sembilan tari Bali yang diusulkan untuk mendapatkan penetapan sebagai Warisan Budaya Dunia Tak Benda adalah Tari Barong Ket, Tari Joged, Tari Legong Kraton, Drama Tari Wayang Wong, Drama Tari Gambuh, Topeng Sidakarya, Baris Upacara, Tari Sanghyang Dedari dan Tari Rejang.

Dibia akan membawakan Tari Nawasari bersama tiga penari lainnya, yakni Dewa Putu Slamet Raharja, Ni Putu Eka Laksmi Dewi dan Kadek Ayu Era Pinatih. Dua penari diantaranya yakni Dewa Slamet dan Eka merupakan mahasiswa jurusan Tari semester 7 ISI Denpasar. Sedangkan Ayu Era baru menamatkan pendidikan dari ISI Denpasar.

Dibia menambahkan untuk membuat garapan mozaik kesembilan tari tradisi Bali tersebut sebelumnya harus membuat iringan musik yang diambil dari cuplikan musik aslinya, kemudian dimainkan dalam satu gamelan.

"Hal itu kami lakukan dengan Dewa Berata dari Sanggar Sudamanik di Pangosekan, Ubud. Dengan mempergunakan gamelan Semarandana, kami mengaitkan gamelan dan menciptakan transisi baru. Untuk penampilan di sidang UNESCO, kami menyiapkan Tari Nawasari dalam dua versi waktu yakni untuk tampil enam menit dan empat menit," ujarnya pada acara yang disaksikan oleh Kadisbud Bali Dewa Putu Beratha itu.

Menurut Dibia, jika nanti kesembilan tari Bali itu telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Dunia merupakan jaminan legal bahwa telah diakui dunia menjadi miliknya Indonesia, khususnya Bali.

"Jadi tidak akan ada negara lain yang berani mengusik keberadaan tarian itu. Namun, tantangannya kita pun harus mempunyai komitmen bahwa kesembilan tarian akan tetap hidup dan bahkan berkembang, atau bisa masuk ke dalam kurikulum sehingga bisa alih generasi," katanya.

Sementara itu, Kadek Ayu Era Pinatih, salah satu penari yang akan turut tampil pada sidang UNESCO itu mengaku bangga dapat dipilih mewakili Bali pada.

"Untuk menyiapkan penampilan ini tidak terlalu sulit karena memang sudah biasa menarikan, untuk yang ini saya tinggal menghafal potongan-potongannya," ucapnya sembari menyebutkan latihan dilakukan hanya tiga kali.

Dibia dan tiga penari itu akan berangkat dari Bali menuju Namibia pada 28 November 2015. (NWD)

Pewarta: Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015