Singaraja (Antara Bali) - Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali menggelar seminar pengembangan sistem pengetahuan berparadigma ganesha dan saraswati sebagai landasan pengembangan karakteristik pada Fakultas Ilmu Sosial (FIS).

Seminar yang dilaksanakan Selasa itu dihadiri staf dosen, pegawai dan mahasiswa di Fakultas Ilmu Sosial Undiksha serta menghadirkan dua pembicara ternama yakni Prof Nengah Bawa Atmadja dari Undiksha dan Ketut Donder PhD dari IHDN Denpasar.

Ketua panitia seminar, Nyoman Pursika M.Hum dalam sambutannya mengatakan, berdasarkan pengalaman ketika ada kunjungan dari berbagai lembaga lain ke Undiksha, hal yang ditanyakan adalah penciri utama yang membedakan Undiksha dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, FIS ingin mendorong agar ada pengembangan dalam pendidikan berparadigma ganesha dan saraswati di kampus seribu jendela itu, utamanya di lingkungan fakultas ilmu sosial.

"Selain itu, kami dengan adanya hal tersebut agar FIS Undiksha memiliki ciri khas yang berbeda dibandingkan fakultas ilmu sosial di lembaga pendidikan lainnya," imbuhnya.

Lebih jauh ia memaparkan, diharapkan tumbuh pengetahuan berparadigma ganesha dan saraswati di kalangan civitas akademika FIS untuk nantinya bersama sama dapat mengembangkan karakterisistik itu sehingga dapat diilhami oleh semua kalangan.

Sementara itu, Nengah Bawa Atmaja mengatakan, filsuf Hindu Bali sudah bergelut dengan paradigma ilmu sebelum melalui simbol Saraswati dan Ganesha sebelum munculnya filsuf-filsuf Eropa.

Ia menjelaskan, kedua hari suci itu tersebut menjadi bagian dari filsafat postmodernisme yang mengakui keragaman pengetahuan, termasuk agama sebagai paradigma ilmu sehingga melahirkan paradigma ilmu kenabian.

"Dengan adanya kenyataan ini maka saya berani menyatakan bahwa ketika filsuf Barat bergelut tentang paradigma ilmu, mulai dari Plato, Aristoteles dan berlanjut ke teoretikus sosila Max Weber, Durkheim dan selanjutnya, sampai saat ini terus menjadi perdebatan ternyata para filsuf Hindu sudah mengawalinya dengan gagasan cemerlang lewat simbol Saraswati dan Ganesha,," ujarnya.

Selama ini Saraswati dan Ganesha dikenal sebagai dua dewa pengetahuan Hindu atau bisa pula disebut dua paradigma ilmu. Berdasarkan dua jenis kelaminnya, kedua dewa pengetahuan ini menunjukkan dua model ilmu.

Saraswati sebagai ilmu perempuan, feminim, pradana atau ilmu lunak, sama dengan ilmu sosial dan humaniora. Sedangkan Ganesha sebagai ilmu laki-laki, purusha atau ilmu keras, sama dengan IPA termasuk matematika.

"Saraswati dan Ganesha juga berperan sebagai dewa yang memberikan penyucian atau bahkan Ganesha adalah dewa perang, maka saya pun menarik kesimpulan bahwa paradigma ilmu sosial kritis yang kental dengan muatan pembebasan dan pembelaan kepada yang tertindas guna mewujudkan emansipatoris terwakili pula pada paradigma Saraswati dan Ganesha," ungkapnya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015