Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali I Putu Sumantra mengatakan daerahnya kesulitan untuk mencapai target melakukan program "Gertak Birahi" atau penyerantakan birahi bagi 50 ribu sapi sepanjang 2015.
"Kami katakan sulit dicapai target itu karena sapi-sapi di Bali birahinya sudah bagus sehingga sebelumnya sudah banyak yang dikawinkan. Kalau dipaksakan dengan program Gertak Birahi justru dapat menyebabkan anak sapi yang sudah dikandung menjadi gugur," kata Sumantra, di Denpasar, Rabu.
Dia menambahkan, sapi Bali itu sesungguhnya kesuburannya tergolong tinggi, bahkan bisa sampai 90 persen. Namun, terkadang karena kelalaian dari peternak untuk mengawinkan menyebabkan kesuburannya turun menjadi 70 persen.
"Selama ini, tidak jarang peternak itu kurang memperhatikan masa birahi sapi yang dipelihara, sehingga kalau sudah lewat masanya akan sulit bagi sapi betina untuk bunting. Ternak itu bisa bunting kalau dikawinkan pas saat masa birahi," ucapnya.
Pihaknya memprediksi dari alokasi 50 ribu sapi yang diberikan target oleh Kementerian Pertanian, kemungkinan maksimal sekitar 25 persen (12.500 sapi) yang bisa disasar program Gertak Birahi.
Ia mengemukakan, lewat program ini, sapi-sapi betina milik masyarakat akan dicek keadaannya, yang belum bunting akan dilakukan "Gertak Birahi" dengan penyuntikan hormon. Sapi yang sudah disuntik hormon itu bisa dikawinkan dengan mekanisme kawin suntik (inseminasi buatan).
Kemudian setelah dua bulan, petugas akan mengecek kembali keadaan sapi-sapi tersebut, mau bunting atau tidak. Dan jika ternyata ada sapi yang terkena penyakit yang berdampak pada gangguan reproduksi, maka akan diobati oleh dokter hewan yang sudah disiapkan," ucapnya.
Menurut dia, dalam waktu beberapa bulan berjalannya program ini, baru sekitar 7.000-8.000 sapi yang sudah disasar program program Gertak Birahi, sedangkan inseminasi buatannya akan dilakukan pada 2016.
Di sisi lain, Sumantra tidak memungkiri petugas di lapangan mendapatkan hambatan teknis saat akan memeriksa sapi-sapi tersebut karena masyarakat tidak mau mengumpulkan dalam satu tempat.
Pihaknya mengajak masyarakat yang memiliki sapi betina yang sudah dewasa ataupun kesulitan beranak, agar segera mendaftarkan pada petugas di kabupaten/kota untuk mendapatkan program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB).
"Peternak justru diuntungkan dengan program ini karena pemeriksaan kesehatan, suntik hormon, inseminasi buatan dan sebagainya gratis," ujar Sumantra. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami katakan sulit dicapai target itu karena sapi-sapi di Bali birahinya sudah bagus sehingga sebelumnya sudah banyak yang dikawinkan. Kalau dipaksakan dengan program Gertak Birahi justru dapat menyebabkan anak sapi yang sudah dikandung menjadi gugur," kata Sumantra, di Denpasar, Rabu.
Dia menambahkan, sapi Bali itu sesungguhnya kesuburannya tergolong tinggi, bahkan bisa sampai 90 persen. Namun, terkadang karena kelalaian dari peternak untuk mengawinkan menyebabkan kesuburannya turun menjadi 70 persen.
"Selama ini, tidak jarang peternak itu kurang memperhatikan masa birahi sapi yang dipelihara, sehingga kalau sudah lewat masanya akan sulit bagi sapi betina untuk bunting. Ternak itu bisa bunting kalau dikawinkan pas saat masa birahi," ucapnya.
Pihaknya memprediksi dari alokasi 50 ribu sapi yang diberikan target oleh Kementerian Pertanian, kemungkinan maksimal sekitar 25 persen (12.500 sapi) yang bisa disasar program Gertak Birahi.
Ia mengemukakan, lewat program ini, sapi-sapi betina milik masyarakat akan dicek keadaannya, yang belum bunting akan dilakukan "Gertak Birahi" dengan penyuntikan hormon. Sapi yang sudah disuntik hormon itu bisa dikawinkan dengan mekanisme kawin suntik (inseminasi buatan).
Kemudian setelah dua bulan, petugas akan mengecek kembali keadaan sapi-sapi tersebut, mau bunting atau tidak. Dan jika ternyata ada sapi yang terkena penyakit yang berdampak pada gangguan reproduksi, maka akan diobati oleh dokter hewan yang sudah disiapkan," ucapnya.
Menurut dia, dalam waktu beberapa bulan berjalannya program ini, baru sekitar 7.000-8.000 sapi yang sudah disasar program program Gertak Birahi, sedangkan inseminasi buatannya akan dilakukan pada 2016.
Di sisi lain, Sumantra tidak memungkiri petugas di lapangan mendapatkan hambatan teknis saat akan memeriksa sapi-sapi tersebut karena masyarakat tidak mau mengumpulkan dalam satu tempat.
Pihaknya mengajak masyarakat yang memiliki sapi betina yang sudah dewasa ataupun kesulitan beranak, agar segera mendaftarkan pada petugas di kabupaten/kota untuk mendapatkan program Gertak Birahi dan Inseminasi Buatan (GBIB).
"Peternak justru diuntungkan dengan program ini karena pemeriksaan kesehatan, suntik hormon, inseminasi buatan dan sebagainya gratis," ujar Sumantra. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015