Denpasar (Antara Bali) - PT Garuda Indonesia Tbk menjadi tuan rumah penyelenggaraan "AAPA 59th Presidents Assembly 2015", yang merupakan forum bagi perusahaan penerbangan di kawasan Asia Pasifik digelar di Nusa Dua, Bali selama tiga hari hingga 14 November mendatang.
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Arif Wibowo di Nusa Dua, Bali, Kamis mengatakan kegiatan tersebut bertujuan saling bertukar informasi, pandangan dan melakukan diskusi terhadap berbagai isu dan perkembangan industri penerbangan, baik komersial maupun teknik, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
Ia mengatakan pertemuan tersebut diharapkan dapat menghasilkan solusi dan komitmen bersama atas berbagai tantangan industri penerbangan Asia Pasifik, khususnya mengenai kebijakan maupun regulasi yang dikeluarkan pemerintah, regulator hingga pemangku kepentingan industri penerbangan lainnya.
Arif Wibowo lebih lanjut mengatakan maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik terus mengalami pertumbuhan kuat di tengah persaingan yang semakin kompetitif industri penerbangan dunia selama 12 bulan terakhir ini.
"Persaingan antarpelaku industri penerbangan tersebut kian kompetitif dengan semakin beragamnya produk dan layanan jasa yang ditawarkan masing-masing maskapai," ujarnya didampingi Benny S Butar Butar, Corporate Communications PT Garuda Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, bisnis kargo udara mancatat laju pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan, khususnya oleh para pelaku bisnis kargo udara di kawasan Asia Pasifik.
Namun demikian, kata dia, sejumlah pelaku industri bisnis kargo di kawasan Asia Pasifik juga mencatat adanya tren penurunan tingkat lalu lintas kargo yang disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia saat ini.
Dikatakan melalui pelaksanaaan forum "AAPA 59th Presidents Assembly 2015" ini, para anggota delegasi AAPA, secara konsisten menyikapi secara positif prospek jangka panjang pertumbuhan industri penerbangan dunia. Karena itu diperlukan komitmen bersama antar pelaku industri penerbangan tersebut untuk menjawab berbagai tantangan dan kendala yang kini dihadapi para pelaku indsutri penerbangan dunia.
Para pemimpin maskapai penerbangan di kawasan Asia Pacifik saat ini, tengah berupaya untuk kembali "rebound" ditengah tren penurunan profitabilitas yang terjadi belakangan ini , yang salah satunya disebabkan oleh tingginya tingkat persaingan antar maskapai yang berdampak pada berkurangnya pendapat perusahaan.
Ditengah berbagai tantangan dan kendala pada aspek "business sustainability", aspek "safety" atau keselamatan tetap menjadi prioritas utama pada pengembangan bisnis operasional perusahaan penerbangan.
Menyikapi meningkatnya kasus insiden yang dialami oleh maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik, maskapai penerbangan dituntut untuk lebih memaksimal aspek aspek keselamatan pada tiap level operasional penerbangan.
Selama 12 bulan terakhir, AAPA secara konsisten dan proaktif, terus mengupayakan dan mendorong para pemangku kepentingan industri penerbangan untuk saling bertukar informasi dan meningkatkan upaya dalam peningkatkan kualitas manajemen keselamatan industri penerbangan.
"Komitmen tersebut salah satunya diimplementasikan oleh AAPA melalui penyelenggaraan `workshop` mengenai manajemen keselamatan yang difokuskan pada spesifikasi jenis pesawat turboprop, yang kerap beroperasi ke bandara terpencil dengan alat bantu navigasi yang terbatas," ujarnya.
AAPA juga konsen terhadap "oversight safety" dikawasan Asia Pasifik, dimana ada beberapa maskapai dilarang terbang ke Eropa dan Amerika, karena belum memenuhi standar keselamatan penerbangan yang sesuai dengan standar keselamatan penerbangan internasional yang berlaku.
Keselamatan penerbangan merupakan tanggung jawab dan upaya bersama dari seluruh pemangku kepentingan, yang diterjemahkan melalui standar keamanan penerbangan global yang telah disepakati bersama melalui organisasi "United Nations International Civil Aviation Organization (ICAO)".
Selain itu, kata Arif, pemerintah selaku regulator juga dituntut untuk memiliki komitmen dan upaya menyeluruh dalam memastikan para pemangku kepentingan penerbangan dalam hal ini maskapai untuk memenuhin standar keamanan yang sesuai, melalui implementasi pengawasan keselamatan penerbangan yang efektif. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Direktur Utama PT Garuda Indonesia Arif Wibowo di Nusa Dua, Bali, Kamis mengatakan kegiatan tersebut bertujuan saling bertukar informasi, pandangan dan melakukan diskusi terhadap berbagai isu dan perkembangan industri penerbangan, baik komersial maupun teknik, khususnya di kawasan Asia Pasifik.
Ia mengatakan pertemuan tersebut diharapkan dapat menghasilkan solusi dan komitmen bersama atas berbagai tantangan industri penerbangan Asia Pasifik, khususnya mengenai kebijakan maupun regulasi yang dikeluarkan pemerintah, regulator hingga pemangku kepentingan industri penerbangan lainnya.
Arif Wibowo lebih lanjut mengatakan maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik terus mengalami pertumbuhan kuat di tengah persaingan yang semakin kompetitif industri penerbangan dunia selama 12 bulan terakhir ini.
"Persaingan antarpelaku industri penerbangan tersebut kian kompetitif dengan semakin beragamnya produk dan layanan jasa yang ditawarkan masing-masing maskapai," ujarnya didampingi Benny S Butar Butar, Corporate Communications PT Garuda Indonesia.
Sejalan dengan hal tersebut, bisnis kargo udara mancatat laju pertumbuhan bisnis yang cukup signifikan, khususnya oleh para pelaku bisnis kargo udara di kawasan Asia Pasifik.
Namun demikian, kata dia, sejumlah pelaku industri bisnis kargo di kawasan Asia Pasifik juga mencatat adanya tren penurunan tingkat lalu lintas kargo yang disebabkan oleh kondisi perekonomian dunia saat ini.
Dikatakan melalui pelaksanaaan forum "AAPA 59th Presidents Assembly 2015" ini, para anggota delegasi AAPA, secara konsisten menyikapi secara positif prospek jangka panjang pertumbuhan industri penerbangan dunia. Karena itu diperlukan komitmen bersama antar pelaku industri penerbangan tersebut untuk menjawab berbagai tantangan dan kendala yang kini dihadapi para pelaku indsutri penerbangan dunia.
Para pemimpin maskapai penerbangan di kawasan Asia Pacifik saat ini, tengah berupaya untuk kembali "rebound" ditengah tren penurunan profitabilitas yang terjadi belakangan ini , yang salah satunya disebabkan oleh tingginya tingkat persaingan antar maskapai yang berdampak pada berkurangnya pendapat perusahaan.
Ditengah berbagai tantangan dan kendala pada aspek "business sustainability", aspek "safety" atau keselamatan tetap menjadi prioritas utama pada pengembangan bisnis operasional perusahaan penerbangan.
Menyikapi meningkatnya kasus insiden yang dialami oleh maskapai penerbangan di kawasan Asia Pasifik, maskapai penerbangan dituntut untuk lebih memaksimal aspek aspek keselamatan pada tiap level operasional penerbangan.
Selama 12 bulan terakhir, AAPA secara konsisten dan proaktif, terus mengupayakan dan mendorong para pemangku kepentingan industri penerbangan untuk saling bertukar informasi dan meningkatkan upaya dalam peningkatkan kualitas manajemen keselamatan industri penerbangan.
"Komitmen tersebut salah satunya diimplementasikan oleh AAPA melalui penyelenggaraan `workshop` mengenai manajemen keselamatan yang difokuskan pada spesifikasi jenis pesawat turboprop, yang kerap beroperasi ke bandara terpencil dengan alat bantu navigasi yang terbatas," ujarnya.
AAPA juga konsen terhadap "oversight safety" dikawasan Asia Pasifik, dimana ada beberapa maskapai dilarang terbang ke Eropa dan Amerika, karena belum memenuhi standar keselamatan penerbangan yang sesuai dengan standar keselamatan penerbangan internasional yang berlaku.
Keselamatan penerbangan merupakan tanggung jawab dan upaya bersama dari seluruh pemangku kepentingan, yang diterjemahkan melalui standar keamanan penerbangan global yang telah disepakati bersama melalui organisasi "United Nations International Civil Aviation Organization (ICAO)".
Selain itu, kata Arif, pemerintah selaku regulator juga dituntut untuk memiliki komitmen dan upaya menyeluruh dalam memastikan para pemangku kepentingan penerbangan dalam hal ini maskapai untuk memenuhin standar keamanan yang sesuai, melalui implementasi pengawasan keselamatan penerbangan yang efektif. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015