Bangli (Antara Bali) - Kementerian Pertanian RI mengontrol bantuan ternak sapi yang diberikan kepada anggota Koperasi Serba Usaha (KSU) Swadana Giri Kusuma, Desa Landih, Kabupaten Bangli, menggunakan perangkat elektronik "microchip".
"Alat microchip itu sebagai radar pengontrol baik dari kementerian maupun oleh pihak bank penyalur kredit," kata Manajer KSU Swadana Giri Kusuma I Nengah Darsana, Kamis.
Selain itu, alat yang biasa dipasang pada telinga sapi tersebut juga untuk mengetahui secara detail kondisi ternak guna menghindari adanya kebohongan manakala nantinya ada sapi yang dikatakan mati, ujarnya.
Saat ini, jelas Darsana, koperasi yang dipimpinnya mendapatkan bantuan sebesar Rp1 miliar untuk pembelian ternak sapi itu. Dana itu disalurkan melalui BPD Bali cabang Bangli.
Dana tersebut nantinya digunakan untuk pembelian 78 indukan sapi, kebutuhan biaya pemeliharaan, pembuatan kandang serta budidaya rumput sebagai pakan ternak.
Menurut Darsana, dari 168 orang anggota koperasi, secara bertahap seluruhnya akan mendapatkan bantuan masing-masing satu indukan sapi. Jika sudah beranak, hasilnya dibagi, yakni pemelihara mendapat bagian 60 persen dan koperasi 40 persen. "Bulan ini anggota kami bertambah 50 orang," ucapnya.
Dijelaskan bahwa untuk pengembalian dana modal pembelian indukan sapi dan biaya lainnya, dalam dua tahun hanya membayar bunga pinjaman dengan bunga lima persen per tahun.
"Kemudian pada dua tahun berikutnya yakni bulan ke 30, membayar angsuran pokok senilai Rp125 juta. Skema pengembalian pinjaman itu meningkat dua kali lipat setiap enam bulan hingga lunas," tambahnya.
Wakil Bupati Bangli Sang Nyomana Sedana Arta mengatakan, pihaknya telah berupaya meningkatkan populasi sapi dengan berbagai cara. "Salah satunya dengan membatasi pemotongan sapi betina produktif dan pemberian bantuan bagi peternak," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010
"Alat microchip itu sebagai radar pengontrol baik dari kementerian maupun oleh pihak bank penyalur kredit," kata Manajer KSU Swadana Giri Kusuma I Nengah Darsana, Kamis.
Selain itu, alat yang biasa dipasang pada telinga sapi tersebut juga untuk mengetahui secara detail kondisi ternak guna menghindari adanya kebohongan manakala nantinya ada sapi yang dikatakan mati, ujarnya.
Saat ini, jelas Darsana, koperasi yang dipimpinnya mendapatkan bantuan sebesar Rp1 miliar untuk pembelian ternak sapi itu. Dana itu disalurkan melalui BPD Bali cabang Bangli.
Dana tersebut nantinya digunakan untuk pembelian 78 indukan sapi, kebutuhan biaya pemeliharaan, pembuatan kandang serta budidaya rumput sebagai pakan ternak.
Menurut Darsana, dari 168 orang anggota koperasi, secara bertahap seluruhnya akan mendapatkan bantuan masing-masing satu indukan sapi. Jika sudah beranak, hasilnya dibagi, yakni pemelihara mendapat bagian 60 persen dan koperasi 40 persen. "Bulan ini anggota kami bertambah 50 orang," ucapnya.
Dijelaskan bahwa untuk pengembalian dana modal pembelian indukan sapi dan biaya lainnya, dalam dua tahun hanya membayar bunga pinjaman dengan bunga lima persen per tahun.
"Kemudian pada dua tahun berikutnya yakni bulan ke 30, membayar angsuran pokok senilai Rp125 juta. Skema pengembalian pinjaman itu meningkat dua kali lipat setiap enam bulan hingga lunas," tambahnya.
Wakil Bupati Bangli Sang Nyomana Sedana Arta mengatakan, pihaknya telah berupaya meningkatkan populasi sapi dengan berbagai cara. "Salah satunya dengan membatasi pemotongan sapi betina produktif dan pemberian bantuan bagi peternak," ujarnya.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2010