Singaraja (Antara Bali) - Universitas Pendidikan Ganesha (Undiksha) Singaraja, Bali, menyelenggarakan lomba menulis aksara Bali bertujuan melestarikan salah satu aksara tertua di tanah air tersebut.

"Lomba digelar oleh Jurusan Pendidikan Bahasa Bali mengusung tema "Pacentokan Nyurat Aksare Bali" bertempat di ruang teater Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) dan diikuti sebanyak 30 peserta putra putri dari 13 SMA/SMK se-Bali," kata Humas Undiksha Agus Supradnyan di Singaraja, Senin.

Ia mengatakan, perlombaan tersebut dihadiri Pembantu Rektor IV Undiksha, Drs I Wayan Suarnajaya MA Ph.D dan jajaran akademisi Bahasa Bali Undiksha.

Sementara itu, Drs I Wayan Suarnajaya MA Ph.D mewakili Rektor Undiksha mengatakan keberadaan bahasa dan sastra Bali sebagai bahasa ibu wajib dilestarikan karena menunjang komunikasi dan identitas sebagai masyarakat Bali.

Ia menjelaskan, pesatnya perkembangan dunia pariwisata tidak lantas melupakan Bahasa Bali, justru sebaliknya Bahasa Bali harus lebih dikembangkan dan diperkenalkan kepada masyarakat dunia.

Lebih lanjut, ia berharap masyarakat Pulau Dewata agar tetap mengusung Bahasa Bali sebagai bahasa ibu dan tetap menggunakannya dalam pergaulan sehari hari. "Jangan hanya pakai Bahasa Indonesia saja, pakailah Bahasa Bali," imbuhnya.

Suarnajaya menambahkan, ia menilai peran pemerintah, akademisi dan tokoh masyarakat harus gencar memberdayakan Bahasa Bali.

"Kita harus tetap melestarikan bahasa Bali sebagai kearifan lokal. Harus dikembangkan pengajaran dan jurusan Bahasa Bali, tidak perlu ada penghapusan mata pelajaran Bahasa Bali," ujar Suarnajaya.

"Kami berharap pengampu pendidikan sejak sekolah dasar hingga tingkat perguruan tinggi, rutin mengajarkan bahasa Bali. Jangan malah terbalik, belajar Bahasa Bali ketika usia individu sudah menginjak dewasa," terangnya.

Sementara itu, salah satu dosen pengajar Bahasa Bali Undiksha Dr I Ketut Paramarta SS MHum menegaskan, Bahasa Bali apabila dikaitkan dengan profesi memiliki jaringan luas, tidak semata terbatas di ruang lingkup dosen dan guru pengajar.

"Penerapan Bahasa Bali ketika dikolaborasikan dalam `geguyonan` maka akan terbentuk profesi pelawak. Sedangkan dikaitkan dengan kerajinan ukiran prasasti maka terciptalah pengerajin tulisan ukiran berbahasa Bali. Termasuk berkaitan kesehatan, maka terciptalah pengobatan usada," papar dia.

Paramarta memaparkan, konsep Bahasa Bali sebagai bahasa ibu bukanlah sebagai bahasa kedua. Maka itu, tenaga pengajar harus peka terhadap peran sentral bahasa tersebut khususnya membuat terobosan kepada generasi muda agar lebih mencintai Bahasa Bali.

"Bahasa itu bukan hanya tertuang di dalam lontar, tetapi bahasa Bali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Intinya bahasa itu hidup ketika dipakai dalam aktualisasi keseharian. Sekarang sudah banyak kamus Bahasa Bali, di sanalah tradisi menulis aksara Bali dan komunikasi Bahasa Bali tidak boleh hilang," demikian Paramarta. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Made Bagus Andi Purnomo

Editor : I Made Andi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015