Singaraja, (Antara Bali) - Petani di Desa Kalianget, Kabupaten Buleleng, Bali menanam jagung untuk menyiasati kemarau yang berkepanjangan akibat pengaruh badai El Nino.
"Jagung lebih efektif ditanam ketika kemarau karena tidak memerlukan air dalam intensitas besar," kata Putu Nadi, salah seorang petani di desa setempat, Sabtu.
Ia menjelaskan, sebelumnya, dia menanami lahannya dengan padi dengan tingkat produktivitas cukup tinggi. "Sekarang karena intensitas air terbatas, terpaksa menanam jagung," kata dia.
Nadi memaparkan, dia menanam jagung jenis dua tongkol yang bibitnya berasal dari bantuan kelompok petani (subak) setempat. "Dapat bantuan dari subak sebanyak 15 bungkus bibit jagung," katanya.
Ia menambahkan, dari awal pembibitan hingga panen, tanaman jagung memerlukan waktu selama empat bulan. "Kadang bisa lebih singkat jika turun hujan," kata dia.
Ia mengatakan menanam 15 bungkus bibit jagung di lahan milik keluarga seluas satu hektare di kawasan pesisir desa setempat yang berdekatan dengan pantai utara Pulau Dewata.
Menurut dia, dalam masa panen, pihaknya rutin memberikan pupuk kimia dan beberapa perawatan mengantisipasi serangan hama penyakit.
Diungkapkan, pihaknya menggunakan pupuk urea dan ponska dimana dalam satu hektare lahan memerlukan sebanyak empat sak urea dan empat sak ponska.
"Harga satu sak pupuk urea sebesar Rp95 ribu dan satu sak ponska harganya Rp125 ribu," kata dia sembari mengatakan pupuk diberikan kelompok tani dengan sistem panen bayar, yakni membayar pupuk setelah masa panen.
Nadi mengungkapkan, dalam satu kali masa panen, pihaknya menghasilkan jagung kering sebanyak lima ton. "Kadang bisa melebihhi jika tanaman sedikit yang diserang hama," imbuhnya.
Ia melanjutkan, harga satu kilogram jagung kering dijual dengan harga sebesar Rp1.500/kg ke beberapa pengepul di wilayah desa setempat dan beberapa desa lainnya di wilayah Kecamatan Banjar Buleleng.
"Jadi, dalam sekali panen kurun waktu empat bulan mendapatkan penghasilan Rp7,5 juta dipotong biaya pupuk sebesar Rp880 ribu yakni sebesar Rp6,6 juta atau Rp1,65 juta dalam sebulan," jelasnya. (KUN/i018)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Jagung lebih efektif ditanam ketika kemarau karena tidak memerlukan air dalam intensitas besar," kata Putu Nadi, salah seorang petani di desa setempat, Sabtu.
Ia menjelaskan, sebelumnya, dia menanami lahannya dengan padi dengan tingkat produktivitas cukup tinggi. "Sekarang karena intensitas air terbatas, terpaksa menanam jagung," kata dia.
Nadi memaparkan, dia menanam jagung jenis dua tongkol yang bibitnya berasal dari bantuan kelompok petani (subak) setempat. "Dapat bantuan dari subak sebanyak 15 bungkus bibit jagung," katanya.
Ia menambahkan, dari awal pembibitan hingga panen, tanaman jagung memerlukan waktu selama empat bulan. "Kadang bisa lebih singkat jika turun hujan," kata dia.
Ia mengatakan menanam 15 bungkus bibit jagung di lahan milik keluarga seluas satu hektare di kawasan pesisir desa setempat yang berdekatan dengan pantai utara Pulau Dewata.
Menurut dia, dalam masa panen, pihaknya rutin memberikan pupuk kimia dan beberapa perawatan mengantisipasi serangan hama penyakit.
Diungkapkan, pihaknya menggunakan pupuk urea dan ponska dimana dalam satu hektare lahan memerlukan sebanyak empat sak urea dan empat sak ponska.
"Harga satu sak pupuk urea sebesar Rp95 ribu dan satu sak ponska harganya Rp125 ribu," kata dia sembari mengatakan pupuk diberikan kelompok tani dengan sistem panen bayar, yakni membayar pupuk setelah masa panen.
Nadi mengungkapkan, dalam satu kali masa panen, pihaknya menghasilkan jagung kering sebanyak lima ton. "Kadang bisa melebihhi jika tanaman sedikit yang diserang hama," imbuhnya.
Ia melanjutkan, harga satu kilogram jagung kering dijual dengan harga sebesar Rp1.500/kg ke beberapa pengepul di wilayah desa setempat dan beberapa desa lainnya di wilayah Kecamatan Banjar Buleleng.
"Jadi, dalam sekali panen kurun waktu empat bulan mendapatkan penghasilan Rp7,5 juta dipotong biaya pupuk sebesar Rp880 ribu yakni sebesar Rp6,6 juta atau Rp1,65 juta dalam sebulan," jelasnya. (KUN/i018)
Editor : Nyoman Budhiana
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015