Denpasar (Antara Bali) - Direktur Indonesian "Biotechnology Information Center (IndoBIC)" Prof Dr Bambang Purwantara mengatakan peran bioteknologi tanaman pangan dan non-pangan di dunia telah memperlihatkan perkembangan kemajuan sangat pesat, dibuktikan dengan beragam produk varietas dihasilkan dan pasarkan ke publik.
"Kami amati sudah banyak bioteknologi menghasilkan beragam varietas, misalnya varietas biotek kedelai, jagung, tomat, pepaya, kapas, kanola dan lainnya," kata Bambang Purwantara pada acara "Food Biotechnology Communicating Training Workshop" di Kuta, Bali, Selasa.
Ia mengatakan sebaran luas areal tanaman-tanaman biotek di dunia terus bertambah secara signifikan, itu artinya semakin banyak negara yang mulai membuka diri dsn menerima kehadiran varietas tanaman biotek karena melihat manfaat baik bagi petani dan lingkungan.
Merujuk data yang dikeluarkan oleh International Service for Acquisition Agri-biotech Application (ISAAA), total sebaran luas tanaman biotek di dunia per 2015 sudah mencapai 181 juta hektare.
Bambang Purwantara lebih lanjut menyebutkan berdasarkan hasil studi PG. Economic Ltd, tanaman bioteknologi membantu para petani memperoleh pendapatan yang lebih baik. Laba bersih dari hasil usaha tani di tahun 2013 mencapai Rp291 triliun (20,5 miliar dolar AS), setara dengan rata-rata peningkatan sebesar Rp.1,7juta (122 dolar AS) per hektare.
Jika diakumulasi, maka selama periode 17 tahun (1996-2013), keuntungan global mencapai Rp1.895 triliun (133,5 miliar dolar AS) dan keuntungan tersebut dinikmati oleh para petani, baik di negara berkembang maupun negara maju.
Menurut Bambang Purwantara, negara mana pun di dunia ini yang sudah mengembangkan bioteknologi diyakini bisa mendukungan ketahanan pangan dalam negeri walau didera musim dan hama.
Ia berharap, Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama yakni sentuhan teknologi dari Bioteknologi.
"Bioteknologi memiliki potensi untuk meningkatkan produksi pangan, kesejahteraan petani dan mengurangi tekanan terhadap lahan dan lingkungan hidup melalui peningkatan produktivitas pertanian secara intensif dari setiap hektare lahan pertanian yang ada di Indonesia," kata Bambang Purwantara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami amati sudah banyak bioteknologi menghasilkan beragam varietas, misalnya varietas biotek kedelai, jagung, tomat, pepaya, kapas, kanola dan lainnya," kata Bambang Purwantara pada acara "Food Biotechnology Communicating Training Workshop" di Kuta, Bali, Selasa.
Ia mengatakan sebaran luas areal tanaman-tanaman biotek di dunia terus bertambah secara signifikan, itu artinya semakin banyak negara yang mulai membuka diri dsn menerima kehadiran varietas tanaman biotek karena melihat manfaat baik bagi petani dan lingkungan.
Merujuk data yang dikeluarkan oleh International Service for Acquisition Agri-biotech Application (ISAAA), total sebaran luas tanaman biotek di dunia per 2015 sudah mencapai 181 juta hektare.
Bambang Purwantara lebih lanjut menyebutkan berdasarkan hasil studi PG. Economic Ltd, tanaman bioteknologi membantu para petani memperoleh pendapatan yang lebih baik. Laba bersih dari hasil usaha tani di tahun 2013 mencapai Rp291 triliun (20,5 miliar dolar AS), setara dengan rata-rata peningkatan sebesar Rp.1,7juta (122 dolar AS) per hektare.
Jika diakumulasi, maka selama periode 17 tahun (1996-2013), keuntungan global mencapai Rp1.895 triliun (133,5 miliar dolar AS) dan keuntungan tersebut dinikmati oleh para petani, baik di negara berkembang maupun negara maju.
Menurut Bambang Purwantara, negara mana pun di dunia ini yang sudah mengembangkan bioteknologi diyakini bisa mendukungan ketahanan pangan dalam negeri walau didera musim dan hama.
Ia berharap, Indonesia juga bisa melakukan hal yang sama yakni sentuhan teknologi dari Bioteknologi.
"Bioteknologi memiliki potensi untuk meningkatkan produksi pangan, kesejahteraan petani dan mengurangi tekanan terhadap lahan dan lingkungan hidup melalui peningkatan produktivitas pertanian secara intensif dari setiap hektare lahan pertanian yang ada di Indonesia," kata Bambang Purwantara. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015