Jakarta (Antara Bali) - Pakar hidrologi dari Universitas Indonesia, Firdaus Ali, mengatakan, dampak negatif fenomena alam El Nino sebenarnya bisa diantisipasi. Salah satu caranya dengan pembangunan waduk cadangan air saat kemarau panjang untuk berbagai kebutuhan masyarakat.

"El Nino adalah proses alami yang siklusnya selalu terjadi dan sudah bisa diprediksi seperti musim hujan, musim kemarau. Siklusnya setiap tujuh atau sembilan tahun, El Nino akan berganti La Nina, hanya tugas kita adalah mengantisipasi dampak dua fenomena alam itu," kata Ali, di Jakarta, Jumat.

Sayangnya, kondisi cuaca ekstrim tersebut, kata Ali, selalu gagal diantisipasi pemerintah Indonesia menyebabkan serangkaian musibah seperti kekeringan, gagal panen bahkan semakin parahnya asap akibat kebakaran hutan dan lahan.

"Seharusnya, ke depan, pemerintah Jokowi-JK bisa belajar cara mengantisipasi kondisi cuaca ekstrim, wong ini bisa diprediksi, bukan bencana yang kita tidak tahu kapan terjadinya," kata dia.

Untuk populasi negara Indonesia, Ali mengatakan, dibutuhkan sekitar 4.000-an waduk atau bendungan.

"Selain itu masyarakatnya juga harus mengantisipasi dengan menghemat air, mendaur ulang air, dan menyimpan air dengan sumur resapan saat musim hujan," katanya.

Fenomena alam El Nino menyebabkan perubahan peredaran masa udara yang berdampak pada berkurangnya pembentukan awan-awan hujan di Indonesia.

Dampak El Nino terbesar terjadi pada 1997 di mana pada tahun itu terjadi bencana kekeringan luas. Kebakaran hutan di Indonesia pada saat itu juga menjadi perhatian internasional karena asapnya menyebar ke negara-negara tetangga. (WDY)

Pewarta: Pewarta: Ida Nurcahyani

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015