Denpasar (Antara Bali) - Duta Provinsi Bali yakni "Komunitas Pancer Langit" sukses meraih predikat sebagai penyaji terbaik dalam ajang Festival Nasional Tari Tradisi (FNTT), di Gedung Theater Bhinneka Tunggal Ika, Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta.

Kepala Bidang Kesenian dan Perfilman Dinas Kebudayaan Provinsi Bali Ida Ayu Putri Masyeni melalui surat elektronik kepada Antara di Denpasar, Senin mengaku apa yang telah diraih duta Bali sudah maksimal.

"Dari sekian kategori, tahun ini dimana lebih mengarah pada pemerataan, Bali meraih predikat sebagai penyaji terbaik, " kata Ida Ayu Masyeni.

Ia mengatakan, apa yang diberikan dewan juri tentu saja mengalami kesulitan dalam memutuskan siapa yang terbaik, karena pada intinya, setiap daerah memiliki keunggulan, pakem yang berbeda.

"Barangkali menilai seni tari yang beragam di Indonesia tentu menjadi kesulitan oleh dewan juri, namun apapun yang kita raih, kita tetap bisa mempertahankan dan ditingkatkan lagi, karena ajang serupa di masa mendatang akan terus ada," katanya.

Hanya saja, kata dia, pelaksanaan festival tari kali ini dari segi pemanggungan kurang mendukung kenyamanan seniman untuk tampil makasimal. Panggung dalam gedung layaknya sebuah pagelaran musik atau konser, panas layaknya berada di panggung terbuka. Tata panggung kurang cocok dengan seni tradisi, begitu pun saat pembukaan masalah pengeras suara (sound system) kurang bagus, membuat beberapa tim kesenian dibuat kecewa.

Kadek Wahyudita dari tim "Komunitas Pancer Langit Bali" mengakui kesiapan panitia sejak awal sedikit tidak jelas. Apa yang kita khawatirkan seperti pengeras suara (sound system) pun terjadi, syukur-syukur saat Bali tampil berjalan lancar, ada daerah lain yang kecewa karena "sound" kurang baik, kemudian tempat pementasan saya sebut tak layak, karena panggung konser lebih pantas, dan ada kerancuan sistem penilaian dewan juri, yang lebih mengarah pada pemerataan, ini kita sesalkan," kata Kadek Wahyu.

Keheningan pun nampak terasa, ketika suguhan tari dibawah asuhan koreografer Anak Agung Gede Agung Rahma Putra, S.Sn, M.Sn dan composer musik I Wayan Sudiarsa pacet, tampil dengan keagungannya. Dengan iringan gamelan singapraga, komposisi musik ini mampu menunjukan keelokan dan indahnya garapan gerak yang dipadu dengan aktrasi akrobatik para penari pria dan wanita, seperti sikap kayang dan berdiri di atas bahu.

Konsep yang berangkat dari dimensi ruang tradisi, kemudian diramu dalam wujud gerak dinamis memadukan unsur tembang dan musik bercitarasakan tradisi kekinian. Dengan konsep yang terinspirasi dari nilai-nilai tradisi perang tupat bantal dan masih dipertahankan hingga sekarang, sajian duta Bali berkarakter kuat.

Sepertinya, Bali memang tidak mau sembarangan untuk menghadapi duta seni daerah lain. Betapa tidak, Bali yang menyajikan keunikan lewat kostum tari yang menggunakan kostum baru hasil dari tafsir ulang kostum tari Sang Hyang, Tari Rejang dan Tari Baris tiada duanya. Kostum dengan bahan daun lontar itu benar-benar memikat sebagai kekhasan karya inovasi dari para kreator bertalenta karya I Wayan Agus Eka Darma Putra.

Para seniman tampil maksimal merupakan harapan semua pihak, kendati jelang giliran untuk pentas, penari Bali sempat mengalami kendala. Ada dua penari yang kondisinya kurang sehat karena kecapean dan cuaca panas, kondisi ini sempat dibuat `deg-degan'. Tapi, semua itu bisa dilewati dengan baik, hingga pada puncak penampilan, duta Bali berjalan mulus hingga pengumuman hasil yang ditetapkan dewan juri, Bali meraih sebagai Penyaji Terbaik.

"Apa yang kita sajikan, kita sudah berusaha memberikan yang terbaik, dan syukur semua penari dan penabuh bisa tampil optimal," ucap Gung Rahma selaku penata tari didampingi Kadek Wahyudita selaku konseptor.

Sebanyak 34 provinsi duta seni ikut ambil bagian dalam ajang Festival Nasional Tari Tradisi, yang diselenggarakan di Gedung Theater Bhineka Tunggal Ika, TMII Jakarta. Perhelatan yang digelar oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal kebudayaan, selama dua hari, Minggu (4/10).

Festival tari kali ini mengusung tema "Refleksi Pada Kekinian Tradisi". Dimana melalui festival ini diharapkan tidak hanya sebagai sarana etalase aneka ragam tarian nusantara, melainkan diharapkan menjadi media untuk menggali potensi tradisi lokal yang hidup dan berkembang di masing- masing daerah. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015