Denpasar (Antara bali) - Ketua Umum Perhimpunan Indonesia Tionghoa (Inti) Rachman Hakim mengajak seluruh pimpinan dan masyarakat untuk mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di tengah terjadinya kelesuan perekonomian dunia.
"Kami mengajak semua pihak menyikapi permasalahan perekonomian saat ini lesu. Tidak saja di Indonesia tapi juga pengaruh ekonomi dunia," katanya pada acara penutupan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Inti di Kuta, Bali, Jumat.
Ia meminta kepada pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap perekonomian yang lesu sebagai imbas dari perekonomian global. Karena itu agar didorong iklim usaha yang kondusif guna menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bisnis yang mengalami kelesuan.
"Begitu juga para pelaku bisnis untuk tetap menjalankan praktik bisnis yang normal, berorientasi pada pertumbuhan agar dapat segera membantu terciptanya pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.
Rachman Hakim berharap kepada seluruh anggota Inti dimana pun berada untuk tetap memberi kontribusi positif bagi lingkungan terdekat, masyarakat, bangsa, negara dan kemanusian.
"Termasuk juga menyikapi terjadinya kelesuan ekonomi di Tanah Air, sehingga secara bersama-sama mendorong iklim yang sehat terutama dalam perekonomian," ucapnya.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya, Agustinus Prasentyatoko mengatakan kelesuan ekonomi di Indonesia akibat pengaruh lesunya ekonomi dunia.
"Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya lesu di Indonesia, terlebih nilai tukar mata uang kita (rupiah) terhadap mata uang dolar AS. Saat ini mata uang rupiah tembus hingga Rp14.300. Artinya nilai tukar uang kita melemah," katanya.
Menurut dia, ini mirip terjadi pada tahun 1998, saat terjadinya krisis. Dimana nilai uang kita menembus sampai di level Rp15.000 lebih. Pada waktu itu terjadi gejolak cukup parah di Tanah Air.
"Waktu itu perjalanan sejarahnya berbeda, karena waktu itu mata uang kita Rp2.500 tiba-tiba naik ke level Rp15.000 atau 200 persen. Ini sangat berpengaruh terhadap kondisi negara. Krisis pun tidak bisa terhindari. Tetapi kalau sekarang berbeda perjalanannya, karena kenaikan nilai dolar AS secara perlahan," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, berharap masyarakat tidak panik menghadapi kondisi melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS. Begitu juga berharap kepada masyarakat tidak buru-buru menarik dolarnya di bank.
"Prediksi saya bisa saja ke depannya nilai rupiah akan melemah lagi, bahkan bisa saja menembus hingga level Rp16.000. Tapi masyarakat agar tetap tenang, dan tetap bekerja pada profesi masing-masing," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami mengajak semua pihak menyikapi permasalahan perekonomian saat ini lesu. Tidak saja di Indonesia tapi juga pengaruh ekonomi dunia," katanya pada acara penutupan Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Inti di Kuta, Bali, Jumat.
Ia meminta kepada pemerintah untuk bertanggung jawab terhadap perekonomian yang lesu sebagai imbas dari perekonomian global. Karena itu agar didorong iklim usaha yang kondusif guna menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bisnis yang mengalami kelesuan.
"Begitu juga para pelaku bisnis untuk tetap menjalankan praktik bisnis yang normal, berorientasi pada pertumbuhan agar dapat segera membantu terciptanya pemulihan ekonomi nasional," ujarnya.
Rachman Hakim berharap kepada seluruh anggota Inti dimana pun berada untuk tetap memberi kontribusi positif bagi lingkungan terdekat, masyarakat, bangsa, negara dan kemanusian.
"Termasuk juga menyikapi terjadinya kelesuan ekonomi di Tanah Air, sehingga secara bersama-sama mendorong iklim yang sehat terutama dalam perekonomian," ucapnya.
Sebelumnya, pengamat ekonomi dari Universitas Atma Jaya, Agustinus Prasentyatoko mengatakan kelesuan ekonomi di Indonesia akibat pengaruh lesunya ekonomi dunia.
"Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya lesu di Indonesia, terlebih nilai tukar mata uang kita (rupiah) terhadap mata uang dolar AS. Saat ini mata uang rupiah tembus hingga Rp14.300. Artinya nilai tukar uang kita melemah," katanya.
Menurut dia, ini mirip terjadi pada tahun 1998, saat terjadinya krisis. Dimana nilai uang kita menembus sampai di level Rp15.000 lebih. Pada waktu itu terjadi gejolak cukup parah di Tanah Air.
"Waktu itu perjalanan sejarahnya berbeda, karena waktu itu mata uang kita Rp2.500 tiba-tiba naik ke level Rp15.000 atau 200 persen. Ini sangat berpengaruh terhadap kondisi negara. Krisis pun tidak bisa terhindari. Tetapi kalau sekarang berbeda perjalanannya, karena kenaikan nilai dolar AS secara perlahan," katanya.
Oleh karena itu, kata dia, berharap masyarakat tidak panik menghadapi kondisi melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS. Begitu juga berharap kepada masyarakat tidak buru-buru menarik dolarnya di bank.
"Prediksi saya bisa saja ke depannya nilai rupiah akan melemah lagi, bahkan bisa saja menembus hingga level Rp16.000. Tapi masyarakat agar tetap tenang, dan tetap bekerja pada profesi masing-masing," katanya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015