Canberra (Antara Bali/Xinhua) - Menteri Perdagangan Australia Andrew Robb pada Selasa mengisyaratkan perubahan besar untuk perjanjian ekspor sapi hidup dengan Indonesia, menyusul kecaman atas sistem saat ini oleh para peternak dan eksportir sapi Australia.
Andrew Robb mengatakan eksportir kecewa dengan sistem saat ini, model kuartalan yang menyebabkan para peternak tidak siap untuk pesanan besar atau kecewa ketika jumlahnya turun.
Awal tahun ini, Indonesia menempatkan pesanan hanya 50.000 ekor sapi untuk kuartal yang berakhir September, turun dari 250.000 ekor sapi pada kuartal sebelumnya, sebuah langkah yang membuat geram sektor pertanian.
Para peternak merasa bahwa kuota tahunan akan memberi mereka jaminan lebih pasti dan perlindungan terhadap permintaan musiman yang berfluktuasi.
Robb mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada Selasa bahwa, menyusul pembicaraan dengan rekannya di Indonesia, ada kemungkinan untuk perubahan ke pengaturan jangka panjang. "Saya sudah melakukan beberapa pembicaraan sangat baik dengan rekan saya dan menteri lainnya. Ada pandangan bahwa kita perlu stabilitas jauh lebih banyak," kata Robb.
"Ada kesepakatan kuat antara kita bahwa ada kebutuhan untuk kembali ke macam pengaturan yang diterapkan beberapa tahun lalu di mana ada kuota untuk jangka lebih lama diumumkan sehingga industri yang bisa mempersiapkan untuk itu."
Menteri perdagangan mengatakan bahwa dengan pertumbuhan populasi Indonesia dan permintaan sapi hidup terus meningkat, itu lebih penting daripada sebelumnya bagi para peternak dan eksportir menjadi benar-benar siap.
Dia mengatakan pengaturan ini cenderung dilanjutkan, yang berarti lebih banyak konsistensi bagi produsen Australia serta pembeli Indonesia. Sementara itu, Robb mengatakan hubungan Australia dengan Indonesia kemungkinan akan melihat peningkatan marjinal setelah Malcolm Turnbull menggulingkan Tony Abbott sebagai perdana menteri.
Hubungan Australia-Indonesia terpukul oleh sebuah rintangan pada awal tahun, ketika Indonesia menolak grasi untuk dua terpidana mati asal Australia. Abbott kemudian menarik Duta Besar Australia untuk Jakarta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Andrew Robb mengatakan eksportir kecewa dengan sistem saat ini, model kuartalan yang menyebabkan para peternak tidak siap untuk pesanan besar atau kecewa ketika jumlahnya turun.
Awal tahun ini, Indonesia menempatkan pesanan hanya 50.000 ekor sapi untuk kuartal yang berakhir September, turun dari 250.000 ekor sapi pada kuartal sebelumnya, sebuah langkah yang membuat geram sektor pertanian.
Para peternak merasa bahwa kuota tahunan akan memberi mereka jaminan lebih pasti dan perlindungan terhadap permintaan musiman yang berfluktuasi.
Robb mengatakan kepada Australian Broadcasting Corporation (ABC) pada Selasa bahwa, menyusul pembicaraan dengan rekannya di Indonesia, ada kemungkinan untuk perubahan ke pengaturan jangka panjang. "Saya sudah melakukan beberapa pembicaraan sangat baik dengan rekan saya dan menteri lainnya. Ada pandangan bahwa kita perlu stabilitas jauh lebih banyak," kata Robb.
"Ada kesepakatan kuat antara kita bahwa ada kebutuhan untuk kembali ke macam pengaturan yang diterapkan beberapa tahun lalu di mana ada kuota untuk jangka lebih lama diumumkan sehingga industri yang bisa mempersiapkan untuk itu."
Menteri perdagangan mengatakan bahwa dengan pertumbuhan populasi Indonesia dan permintaan sapi hidup terus meningkat, itu lebih penting daripada sebelumnya bagi para peternak dan eksportir menjadi benar-benar siap.
Dia mengatakan pengaturan ini cenderung dilanjutkan, yang berarti lebih banyak konsistensi bagi produsen Australia serta pembeli Indonesia. Sementara itu, Robb mengatakan hubungan Australia dengan Indonesia kemungkinan akan melihat peningkatan marjinal setelah Malcolm Turnbull menggulingkan Tony Abbott sebagai perdana menteri.
Hubungan Australia-Indonesia terpukul oleh sebuah rintangan pada awal tahun, ketika Indonesia menolak grasi untuk dua terpidana mati asal Australia. Abbott kemudian menarik Duta Besar Australia untuk Jakarta. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015