Sosok wanita berparas ayu yang cepat akrab dengan lawan bicaranya itu, mempunyai sifat yang tegas dan telaten, dalam mengemban tugas kesehatan untuk memeriksa satu persatu ratusan calon haji (Calhaj) dari Bali hingga ke Tanah Suci.

Ia dengan sabar memeriksa kesehatan dan sakit yang diderita pasien, sembari memberi nasihat agar pasien bersangkutan untuk menjaga kesehatan fisik dan mental sebelum berangkat ke Tanah Suci.

Hajah Suparti Sakir Jayawikarta (52), wanita kelahiran Kulonprogo, Yogyakarta, 1 Februari 1963, sehari-hari bekerja sebagai perawat di Puskesmas Benoa, Kuta Selatan, Kabupaten Badung.

Ibu dari dua putra-putri itu mendapat kepercayaan sebagai salah seorang tim petugas kesehatan haji dari Bali untuk mendampingi 501 calon haji ke Tanah Suci yang berangkat dari Embarkasi Surabaya, 14 September 2015.

Kepercayaan yang akan diembannya kali ini merupakan yang kedua kalinya, setelah tahun lalu sukses mengantar 61 calon haji tambahan dari Bali ke Tanah Suci.

Istri dari Agus Suparsono kembali menjadi salah satu anggota tim kesehatan pendamping haji yang akan mendampingi sekitar 501 calon haji asal Bali yang berangkat pada Kloter 57 dan 58 dari Bandara Juanda Surabaya.

Ibu dari Rifandi Junian Saputra (26) dan Asti Astari (20) yang dinilai berprestasi dalam mengemban tugasnya itu menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN 1 Lendah di Kulonprogo, kemudian melanjutkan ke SMP Lembah pada 1979 dan Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) Yogyakarta hingga tamat pada 1985.

Tiga tahun kemudian, tepatnya pada 1988, Suparti muda diterima bekerja di salah satu Puskesmas di daerah Rejo Winangun, Kota Gede Yogyakarta sebagai salah satu perawat yang keberadaan perawat saat itu masih sangat terbatas di daerah tersebut.

"Saya menjalani hari-hari pertama sebagai petugas dengan penuh senang hati karena dapat menjalankan keinginan dan cita-cita saya sejak kecil," ujar wanita ramah dan disegani pasiennya itu.

Suparti mengaku memiliki kepuasan batin dapat mendampingi calon haji yang kali ini kembali dipercaya untuk kedua kali ini, karena tahun 2011 telah sukses mendampingi calon haji dari Pulau Dewata.

Hajah Suparti Sakir Jayawikarta merupakan salah seorang dari lima anggota tim yang akan mengantarkan calon haji dari Bali. Empat rekan lainnya terdiri atas dua petugas pendamping dan dua lainnya juga petugas kesehatan.

Mereka terdiri atas Drs Niryanta asal Karangasem sebagai ketua kloter dan Mustafid Amna sebagai pembimbing ibadah serta dua rekan kesehatan lain yakni Dr Rizani (dokter) dan Gede Suradnya (perawat) yang keduanya berasal dari Kabupaten Buleleng.

Perasaan was-was

Hajah Suparti Sakir Jayawikarta yang aktif bekerja sejak persiapan calon haji berangkat ke Tanah Suci itu mengaku tugasnya sebagai pendamping kesehatan jamaah calon haji merupakan suatu profesi yang sangat mulia dan penuh nikmat secara rohani (bhatin).

Diceritakan, pertama kali berangkat mendampingi haji, terbersit perasaan was-was dan sedikit canggung, apalagi harus mendampingi calon haji yang didominasi lanjut usia (lansia).

"Pada saat itu, hampir sebagian besar calon haji berusia antara 50 sampai 70 tahun, jadi harus mendapatkan pendampingan khusus dan ekstra," imbuhnya.

Selama 40 hari penuh mendampingi calon haji di Tanah Suci, ia berkeliling dari satu tempat ke tempat yang lainnya mendapat banyak pelajaran dan manfaat, bukan hanya dalam artian meterial tetapi lebih pada rohani (kepuasan diri) dapat membantu melayani dan menjaga kesehatan para calon haji yang sedang memuji dan memuja kebesaran Tuhan di rumah-Nya.

"Keberangkatan pertama kali pada 2011, juga memberi banyak pengalaman pada pribadi saya, sehingga dapat dijadikan acuan dan pelajaran ketika nanti berangkat pada bulan September mendatang," katanya.

Ia menjelaskan tim kesehatan haji merupakan salah satu komponen vital dalam proses keberangkatan, perjalananan, dan pemulangan jamaah haji yang menuanaikan ibadah.

Sebelum, berangkat, pada pendamping ini harus menyiapkan kesehatan baik fisik dan mental, terlebih mereka harus memperhatikan bukan hanya kesehatan secara pribadi, tetapi memperhatikan kesehatan 501 calon haji yang terdiri dari para remaja, orang dewasa dan lansia.

Ketika dalam perjalanan, pada pendamping haji juga harus memperhatikan kondisi kesehatan para calon haji dalam pesawat. "Utamanya mereka yang baru pertama kali menunaikan haji, apalagi pertama kali menumpang pesawat," kata dia.

Beberapa obat yang harus disiapkan seperti jenis paracetamol, antasida, obat maag, obat flu dan beberapa jenis obat ringan lain harus menjadi "teman" selama perjalanan.

"Menjaga ketersediaan obat harus menjadi prioritas selama perjalanan, terlebih obat jenis ringan seperti maag dan flu," imbuhnya.

Sesampainya di Arab Saudi, Kementerian Agama RI telah menyiapkan satu koper penuh berisi berbagai macam obat yang dibutuhkan selama 40 hari berkeliling ke tanah suci. "Jadi, tidak perlu membawa obat dari Bali, karena sudah disediakan di sana," kata dia.

Selanjutnya, kata dia, penyakit yang paling sering dikeluhkan para calon haji ketika menunaikan ibadah haji adalah diabetes atau kencing manis. "Paling banyak dikeluhkan calon haji yang lansia, karena sudah membawa keluhan penyakit sejak awal keberangkatan," katanya.

Pengalaman unik yang didapatnya ketika mendampingi calon haji adalah ketika ia menemani secara penuh dua calon haji lansia yang merupakan suami-istri yang berusia di atas 60 tahun, dimana salah satu dari pasangan lansia itu mengalami kebutaan akibat baru selesai operasi sebelum berangkat.

"Kejadian yang paling terkesan adalah ketika sang kakek tersesat dari rombongan, dari pagi sampai sore kami cari belum ketemu, baru akhirnya pada malam kakek itu berhasil ditemukan dan saya sangat sedih ketika itu," kenangnya.

Tugas sebagai tim kesehatan membuka mata hatinya untuk lebih tekun dan ikhlas membantu sesama, terutama mereka yang mengalami kesusahaan dan kekurangan dalam hidup.

"Tuhan memberi kita banyak jalan untuk membantu sesama, jalan saya adalah membantu melancarkan pada calon haji yang ingin mendekatkan diri dengan Sang Pencipta, dan saya sangat senang dan bahagia menjalami tugas tersebut," demikian Suparti. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015