Singaraja (Antara Bali) - Kalangan nelayan di Desa Celukan Bawang, Buleleng, Bali mengeluhkan aktivitas bongkar muat batubara untuk bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Celukan Bawang karena mencemari air laut di wilayah itu.

"Beberapa serpihan batubara jatuh begitu saja ke laut, sangat membahayakan karena dapat mencemari ikan dan biota laut," kata Ketua Kelompok Nelayan Bakti Kasgoro, Baidi Suparlan, Rabu.

Ia menjelaskan, batubara yang tercecer menyebabkan air laut menjadi keruh dan kondisi demikian menyebabkan para nelayan kesulitan menangkap ikan.

Baidi mengatakan, keruhnya air laut telah terjadi sejak empat bulan lalu, semenjak masa uji coba PLTU Celukan Bawang. "Semenjak itu, hasil tangkapan ikan nelayan menurun drastis," kata dia.

Dikatakan, jika sebelumnya para nelayan sekali melaut mampu mendapatkan sekitar 1,5 ton ikan, kini hanya mendapatkan maksimal 16 kilogram (kg) ikan sekali melaut.

"Di pinggiran pantai sekarang susah sekalinya mendapatkan ikan karena airnya keruh, pendapatan kami sekarang menurun drastis. Kadang sekali melaut tidak dapat ikan sama sekali, ujar Baidi.

Lebih lanjut, menurut dia, setidaknya ada empat kelompok nelayan yang terpengaruh pencemaran air laut dan ketiga kelompok ini memiliki anggota sekitar 200 orang nelaan.

Kini sebagian besar dari mereka memilih untuk mencari penghasilan lain karena sulit mendapatkan ikan. Ada yang bekerja sebagai buruh bangunan dan beberapa profesi lainnya," imbuh dia.

Beralih profesi merupakan cara yang tepat karena bekerja sebagai nelayan tidak memberikan jaminan pasti ditengah keadaan yang terus mencekik.

Selain itu, ia menambahkan, para nelayan telah berupaya menyampaikan keluhan mereka kepada pihak PLTU, tetapi sampai saat ini masih belum ada tanggapan.

Ia berharap, pencemaranan air laut tidak lagi terjadi, sehingga para nelayan dapat mencari ikan dengan tenang. Kami bukan melarang adanya PLTU, tetapi tidak berdampak buruk pada masyarakat, terutama para nelayan yang kesulitan cari ikan, katanya. (WDY)

Pewarta:

Editor : Adi Purnama Putra


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015