Denpasar (Antara) - Perajin tahu tempe di Kota Denpasar dan sekitarnya menyiasati kenaikan bahan baku kedelai, akibat menguatnya nilai dolar yang mencapai Rp14.000, karena bahan baku kedelai yang digunakan merupakan impor.
Kardi, seorang perajin tahu tempe di pinggiran Kota Denpasar, Rabu mengatakan, dengan tingginya nilai dolar yang mencapai Rp14.000, membuat para produsen tahu menyiasati dengan mengecilkan ukuran tahu dari ukuran yang yang diproduksi sebelumnya.
"Tingginya mata uang dolar yang saat ini, membuat usaha saya terancam gulung tikar jika tidak pandai menyiasati penjualan dengan memperkecil ukuran tahu, namun dengan harga yang sama," ujarnya.
Kardi yang sudah puluhan tahun memproduksi tahu tempe, terpaksa mengecilkan ukuran produksinya disesuaikan dengan harga kedelai impor yang saat ini telah meningkat menjadi Rp7.800 per kilogram.
"Harga sebelumnya hanya Rp7000/kg, sekarang sudah naik menjadi Rp7.800 perkilogram," imbuhnya.
Kardi, seorang produsen tahu menambahkan, setiap hari pihaknya menghabiskan bahan kedelai sebanyak 150 kg dengan biaya yang makin tinggi, digunakan cara dengan mengecilkan ukuran produksi.
"Saya berharap agar pemerintah Provinsi Bali mampu menurunkan kebijakan subsidi dengan membantu harga jual kedelai impor," harap Kardi. (APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Kardi, seorang perajin tahu tempe di pinggiran Kota Denpasar, Rabu mengatakan, dengan tingginya nilai dolar yang mencapai Rp14.000, membuat para produsen tahu menyiasati dengan mengecilkan ukuran tahu dari ukuran yang yang diproduksi sebelumnya.
"Tingginya mata uang dolar yang saat ini, membuat usaha saya terancam gulung tikar jika tidak pandai menyiasati penjualan dengan memperkecil ukuran tahu, namun dengan harga yang sama," ujarnya.
Kardi yang sudah puluhan tahun memproduksi tahu tempe, terpaksa mengecilkan ukuran produksinya disesuaikan dengan harga kedelai impor yang saat ini telah meningkat menjadi Rp7.800 per kilogram.
"Harga sebelumnya hanya Rp7000/kg, sekarang sudah naik menjadi Rp7.800 perkilogram," imbuhnya.
Kardi, seorang produsen tahu menambahkan, setiap hari pihaknya menghabiskan bahan kedelai sebanyak 150 kg dengan biaya yang makin tinggi, digunakan cara dengan mengecilkan ukuran produksi.
"Saya berharap agar pemerintah Provinsi Bali mampu menurunkan kebijakan subsidi dengan membantu harga jual kedelai impor," harap Kardi. (APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015