Denpasar (Antara Bali) - Pengusaha dan pengrajin aneka anyaman di Bali tetap beraktivitas dengan menciptakan aneka barang berdesain (rancangan) yang lebih inovatif, sehingga muncul produk jenis baru yang disenangi konsumen dalam dan luar negeri.
"Bagaimana pun matadagangan anyaman berupa perabotan rumah tangga tetap diperlukan, baik di dalam maupun ke luar negeri, maka ada atau tidak pangsa pasar di mancanegara, pengrajin harus tetap beraktivitas," kata Ni Made Mariati pengusaha kerajinan di Denpasar Senin.
Ia mengharapkan mudah-mudahan krisis ekonomi global cepat teratasi sehingga perdagangan komoditas nonmigas Bali, terutama anyaman yang dibuat masyarakat Bali memperoleh pangsa pasar yang cerah kembali ke luar negeri.
Pihaknya selama ini mampu memperdagangkan anyaman bambu ke Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Eropa dan ke pasaran ekspor lainnya, disamping tetap melayani keperluan masyarakat setempat untuk sarana upacara adat Bali.
Realisasi ekspor aneka anyaman produksi pengrajin Bali tetap ada ke pasaran luar negeri, walaupun krisis ekonomi global yang melanda sejumlah negara konsumen belum pulih benar, hanya saja jumlahnya sangat berkurang, keluh Mariati.
"Kami tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar lokal, antarpulau ke kota-kota besar di Jawa maupun ekspor," kata Sang Ayu Ratih, pedagang berbagai jenis kerajinan dan anyaman lainnya di Denpasar.
Khusus produk anyaman mengisi pasar ekspor mengalami kemelorotan akibat kondisi ekonomi pembeli utama anyaman Bali seperti Amerika Serikat dan Jepang pertumbuhannya tidak secerah sebagaimana diharapkan sebelumnya.
Ia yang memiliki puluhan tenaga terampil di bidang anyam-menganyam bambu mengaku, pangsa pasar luar negeri masih lesu, maka jumlah perajin yang memusatkan perhatian untuk membuat produk ekspor relatif sedikit, jika dibandingkan dengan pesanan lokal.
"Bagi rekan kami yang menjual produk ekspor, kini mengalami kelesuan karena pesanan yang diterima semakin berkurang, akan tetapi bagi kami kondisinya masih tetap stabil," tutur Sang Ayu Ratih yang asal Kabupaten Bangli.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali, Made Suastika membenarkan kalau perolehan devisa dari aneka barang anyaman melorot hingga 68 persen menjadi hanya 974 ribu dolar AS Januari-Juni 2015, dari periode yang sama 2014 mencapai tiga juta dolar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Bagaimana pun matadagangan anyaman berupa perabotan rumah tangga tetap diperlukan, baik di dalam maupun ke luar negeri, maka ada atau tidak pangsa pasar di mancanegara, pengrajin harus tetap beraktivitas," kata Ni Made Mariati pengusaha kerajinan di Denpasar Senin.
Ia mengharapkan mudah-mudahan krisis ekonomi global cepat teratasi sehingga perdagangan komoditas nonmigas Bali, terutama anyaman yang dibuat masyarakat Bali memperoleh pangsa pasar yang cerah kembali ke luar negeri.
Pihaknya selama ini mampu memperdagangkan anyaman bambu ke Jepang, Amerika Serikat, Singapura, Eropa dan ke pasaran ekspor lainnya, disamping tetap melayani keperluan masyarakat setempat untuk sarana upacara adat Bali.
Realisasi ekspor aneka anyaman produksi pengrajin Bali tetap ada ke pasaran luar negeri, walaupun krisis ekonomi global yang melanda sejumlah negara konsumen belum pulih benar, hanya saja jumlahnya sangat berkurang, keluh Mariati.
"Kami tetap berproduksi untuk memenuhi permintaan pasar lokal, antarpulau ke kota-kota besar di Jawa maupun ekspor," kata Sang Ayu Ratih, pedagang berbagai jenis kerajinan dan anyaman lainnya di Denpasar.
Khusus produk anyaman mengisi pasar ekspor mengalami kemelorotan akibat kondisi ekonomi pembeli utama anyaman Bali seperti Amerika Serikat dan Jepang pertumbuhannya tidak secerah sebagaimana diharapkan sebelumnya.
Ia yang memiliki puluhan tenaga terampil di bidang anyam-menganyam bambu mengaku, pangsa pasar luar negeri masih lesu, maka jumlah perajin yang memusatkan perhatian untuk membuat produk ekspor relatif sedikit, jika dibandingkan dengan pesanan lokal.
"Bagi rekan kami yang menjual produk ekspor, kini mengalami kelesuan karena pesanan yang diterima semakin berkurang, akan tetapi bagi kami kondisinya masih tetap stabil," tutur Sang Ayu Ratih yang asal Kabupaten Bangli.
Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri, Disperindag Bali, Made Suastika membenarkan kalau perolehan devisa dari aneka barang anyaman melorot hingga 68 persen menjadi hanya 974 ribu dolar AS Januari-Juni 2015, dari periode yang sama 2014 mencapai tiga juta dolar. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015