Denpasar (Antara Bali)--Pelaksanaan upacara keagamaan di Bali sangat tinggi dan menghabiskan biaya yang cukup besar.

Hal ini harus disiasati agar upacara yang dilaksanakan tidak memberatkan krama terutama yang kurang mampu. Karena upacara agama yang baik didasari oleh perasaan tulus dan ikhlas, tanpa ada paksaan ataupun rasa terpaksa.

Demikian disampaikan Wakil Gubernur Bali Ketut Sudikerta saat menghadiri rangkaian upacara Petirtaan di Pura Dalem desa adat Getakan, Desa Getakan, Banjarangkan, Klungkung, Kamis (20/8).

"Banyak kita punya banyak yang dihaturkan, sedikit kita punya sedikit yang dihaturkan, kalau tidak punya apa-apa canang a sebit sari pun cukup asalkan dihaturkan dengan tulus," tegas Sudikerta.

Fenomena banyaknya masyarakat Bali yang melaksanakan upacara secara besar-besaran mengundang keprihatinan Wagub, Ia menilai upacara tidak selalu harus secara besar-besaran apalagi dananya berasal dari jual warisan.

Karena upacara yang dilaksanakan secara sederhana namun berasal dari jerih payah sendiri, menurut Wagub lebih bernilai. Lebih jauh upacara keagamaan menurutnya juga harus didasari semangat gotong royong, sehingga bisa mendukung kesuksesan jalannya upacara.

Di samping itu Wagub juga mengajak krama untuk melestarikan kesenian Bali, baik seni tari maupun gambelan sehingga kesenian sebagai bagian budaya bali tetap lestari.

Wagub pada kesempatan itu juga mengingatkan dan mengajak krama agar menjauhi perilaku-perilaku negatif yang bisa mempercepat penyebarannya HIV AIDS. Kafe remang-remang yang identik dengan perilaku negatif pun disarankan Wagub agar ditolak masuk di lingkungan desa Getakan.

Bendesa adat pekraman Getakan, I Made Sucana, menjelaskan upacara yang dilaksanakan merupakan Petirtaan Ida Betara Ratu Gede, yang puncaknya jatuh pada tanggal 19 Agustus 2015.

Piodalan tersebut menurutnya juga  diikuti dengan upacara Memasar yang diselenggarakan di Bale Banjar desa pekraman Getakan yang terdapat Pura Melanting, dan pada akhir upacara Memasar yang jatuh setiap 6 bulan ini juga dibarengi dengan pementasan sesolahan Ida Betara Ratu Gede berupa tarian Calon Arang.

Ia juga memaparkan rangkaian upacara dimulai pada tanggal 14 Agustus 2015, dan diperkirakan menghabiskan dana sebesar 115 juta. dana tersebut dijelaskannya berasal dari urunan krama desa pekraman sebanyak 331 kk, yang masing-masing kk dikenakan urunan sebesar 300 ribu dan kekurangannya diambilkan dari kas desa.

 Upacara dipuput oleh 3 pemangku desa pekramaan setempat, I Dewa Aji Mangku Gede, Jro Mangku Dalem Alit dan I dewa Aji Mangku Prajapati. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015