Denpasar (Antara Bali) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi di daerah itu masih kuat dan belum terdampak signifikan saat adanya pelemahan mata uang Yuan oleh Pemerintah Tiongkok.
"Eksportir kita (di Bali) masih oke, yang bermasalah importir karena bahan baku dibeli dengan dolar tetapi mereka masih kuat karena komposisi barang impor tidak mendominasi," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati usai memimpin upacara HUT ke-70 RI di Denpasar, Senin.
Terkait dengan situasi tersebut, pihaknya telah mengumpulkan sejumlah importir di Pulau Dewata untuk membantu mereka bersama dengan instansi terkait lainnya.
"Ada beberapa hal yang ingin kami bantu bersama Pemprov Bali, pemerintah kabupaten/kota dan `stakeholder` lain seperti BI dan OJK untuk membantu mereka karena di Bali ini pertumbuhan ekonomi didukung pariwisata, pertanian dan industri perdagangan besar dan eceran," ucapnya.
Begitu pula dengan eksportir di Bali, kata dia, belum begitu berpengaruh karena ekpor komoditas dari Pulau Dewata ke negeri tirai bambu itu urutan tujuh.
Untuk itu pihaknya mengingatkan agar pelaku usaha menjaga kualitas, ciri khas dan barang yang spesifik agar menjaga daya saing.
Selama ini, untuk beberapa komodiatas ekspor, lanjut Dewi, sejumlah barang dari Bali merupakan produk non-produksi artinya barang tersebut dibeli untuk kemudian dikirimkan ke sejumlah negara tujuan.
Untuk memudahkan jalur ekspor, maka pihaknya mengharapakan adanya jalur satu pintu yang memudahkan proses perdagangan internasional.
"Untuk itu ini harus kami kawal ke depan, bagaimana Bali bisa membangun pelabuahn untuk eksportit tanpa melalui (pelabuhan) tetangga," katanya.(DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Eksportir kita (di Bali) masih oke, yang bermasalah importir karena bahan baku dibeli dengan dolar tetapi mereka masih kuat karena komposisi barang impor tidak mendominasi," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati usai memimpin upacara HUT ke-70 RI di Denpasar, Senin.
Terkait dengan situasi tersebut, pihaknya telah mengumpulkan sejumlah importir di Pulau Dewata untuk membantu mereka bersama dengan instansi terkait lainnya.
"Ada beberapa hal yang ingin kami bantu bersama Pemprov Bali, pemerintah kabupaten/kota dan `stakeholder` lain seperti BI dan OJK untuk membantu mereka karena di Bali ini pertumbuhan ekonomi didukung pariwisata, pertanian dan industri perdagangan besar dan eceran," ucapnya.
Begitu pula dengan eksportir di Bali, kata dia, belum begitu berpengaruh karena ekpor komoditas dari Pulau Dewata ke negeri tirai bambu itu urutan tujuh.
Untuk itu pihaknya mengingatkan agar pelaku usaha menjaga kualitas, ciri khas dan barang yang spesifik agar menjaga daya saing.
Selama ini, untuk beberapa komodiatas ekspor, lanjut Dewi, sejumlah barang dari Bali merupakan produk non-produksi artinya barang tersebut dibeli untuk kemudian dikirimkan ke sejumlah negara tujuan.
Untuk memudahkan jalur ekspor, maka pihaknya mengharapakan adanya jalur satu pintu yang memudahkan proses perdagangan internasional.
"Untuk itu ini harus kami kawal ke depan, bagaimana Bali bisa membangun pelabuahn untuk eksportit tanpa melalui (pelabuhan) tetangga," katanya.(DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015