Denpasar (Antara Bali) - PT Pertamina (Persero) mengklaim sekitar 11 hingga 12 persen konsumen bahan bakar minyak jenis premium beralih menggunakan pertalite setelah melalui uji pasar di tiga kota di Pulau Jawa.
"Dari penjualan di 101 SPBU, kami pantau 11 sampai 12 persen konsumen premium pindah ke pertalite," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina, Ahmad Bambang usai meluncurkan uji pasar pertalite di Denpasar, Minggu.
Sedangkan konsumen yang biasanya mengonsumsi pertamax, kata dia, tercatat tidak begitu signifikan hanya tercatat sebesar satu hingga 1,5 persen.
Ahmad lebih lanjut menjelaskan bahwa dengan melihat animo masyarakat yang cukup tinggi dan antusias menggunakan varian baru BBM dengan oktan sebesar 90 itu maka pihaknya berani memperluas jaringan pemasaran pertalite hingga ke Pulau Dewata hanya dalam waktu dua minggu setelah uji pasar perdana di Jakarta, Bandung dan Surabaya pada 24 Juli 2015.
"Dari kondisi itu, uji pasar yang rencananya kami lakukan satu hingga dua bulan, akhirnya pada minggu kedua, kami siap lebarkan ke daerah lain," imbuhnya.
Pada uji pasar pertama di tiga kota tersebut, sebanyak 101 SPBU telah menjual pertalite dengan hasil yang menurut dia cukup menggembirakan.
Ahmad menjelaskan bahwa belum ada seminggu, satu SPBU tersebut rata-rata menjual 4,2 kiloliter per hari dan bahkan ada yang menembus hingga 14 kiloliter.
Bahkan di Jakarta sendiri kini 14 SPBU telah mengajukan untuk menjual pertalite sehingga menambah total 115 SPBU di tiga kota tersebut.
Harga satu liter pertalite dibandrol Rp8.400 dengan level "research octane number" (ron) sebesar 90 atau lebih tinggi dibandingkan premium dengan level 88.
Pertalite merupakan varian baru BBM non-subsidi dengan penggabungan teknologi campuran nafta dengan ron 65-70 buatan dalam negeri dan produk impor "high octant mobile gas component (HOMC).
"Kami impor HOMC dicampur dengan nafta menjadi pertalite. Nafta kalau dijual (ekspor), harganya minus enam dibandingkan minyak mentah. Sedangkan kini menjadi pertalite dibandingkan minyak mentah itu malah plus tiga," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Dari penjualan di 101 SPBU, kami pantau 11 sampai 12 persen konsumen premium pindah ke pertalite," kata Direktur Pemasaran PT Pertamina, Ahmad Bambang usai meluncurkan uji pasar pertalite di Denpasar, Minggu.
Sedangkan konsumen yang biasanya mengonsumsi pertamax, kata dia, tercatat tidak begitu signifikan hanya tercatat sebesar satu hingga 1,5 persen.
Ahmad lebih lanjut menjelaskan bahwa dengan melihat animo masyarakat yang cukup tinggi dan antusias menggunakan varian baru BBM dengan oktan sebesar 90 itu maka pihaknya berani memperluas jaringan pemasaran pertalite hingga ke Pulau Dewata hanya dalam waktu dua minggu setelah uji pasar perdana di Jakarta, Bandung dan Surabaya pada 24 Juli 2015.
"Dari kondisi itu, uji pasar yang rencananya kami lakukan satu hingga dua bulan, akhirnya pada minggu kedua, kami siap lebarkan ke daerah lain," imbuhnya.
Pada uji pasar pertama di tiga kota tersebut, sebanyak 101 SPBU telah menjual pertalite dengan hasil yang menurut dia cukup menggembirakan.
Ahmad menjelaskan bahwa belum ada seminggu, satu SPBU tersebut rata-rata menjual 4,2 kiloliter per hari dan bahkan ada yang menembus hingga 14 kiloliter.
Bahkan di Jakarta sendiri kini 14 SPBU telah mengajukan untuk menjual pertalite sehingga menambah total 115 SPBU di tiga kota tersebut.
Harga satu liter pertalite dibandrol Rp8.400 dengan level "research octane number" (ron) sebesar 90 atau lebih tinggi dibandingkan premium dengan level 88.
Pertalite merupakan varian baru BBM non-subsidi dengan penggabungan teknologi campuran nafta dengan ron 65-70 buatan dalam negeri dan produk impor "high octant mobile gas component (HOMC).
"Kami impor HOMC dicampur dengan nafta menjadi pertalite. Nafta kalau dijual (ekspor), harganya minus enam dibandingkan minyak mentah. Sedangkan kini menjadi pertalite dibandingkan minyak mentah itu malah plus tiga," ucapnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015