Denpasar (Antara Bali) - Anggota DPRD Bali Nyoman Parta mempertanyakan kepada pemerintah provinsi terkait penanganan kasus rabies dan mengenai wacana Bali bebas rabies 2018.

"Apa yang diwacanakan sulit tercapai bilamana cara pengobatan bersifat akuratif. Kalau diterapkan pengobatan seperti itu anggaran yang disediakan pun akan habis, lebih baik anggaran tersebut dialihkan dengan memberikan sosialisasi guna mencerahkan masyarakat bagaimana memelihara anjing yang baik," katanya, Kamis.

Pernyataan Nyoman Parta disampaikan saat rapat gabungan legislatif dan eksekutif di Denpasar.

Ia mengatakan kalau melihat dari kasus warga digigit anjing belakangan ini nampaknya semakin meningkat. Sehingga dengan kasus tersebut mencemaskan masyarakat.

"Begitu juga ketersedian vaksin anti-rabies (VAR) sangat terbatas diproduksi oleh perusahaan Bio Farma, sementara permintaan akan VAR baik di rumah sakit maupun puskesmas oleh masyarakat kian meningkat," ucapnya.

Sejak munculnya kasus anjing rabies di Bali sudah terjadi 125 gigitan anjing dan menelan korban jiwa sebanyak 23 orang dan terakhir kasusnya terjadi di Kabupaten Bangli.

Menurut Parta, apa kendala yang membuat sulit tersedianya VAR, Apakah proses pengobatan ini sudah sangat efektif. Oleh karena itu sebaiknya anggaran dialihkan saja untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Menyikapi masalah hal itu, Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengatakan ketersediaan VAR bagi manusia sangat terbatas dari perusahaan Bio Farma, karena sangat terbatas dalam memproduksi VAR.

Sementara itu, kasus gigitan anjing gila mulai meningkat di Bali diringi dengan populasi anjing yang juga meningkat tajam.

"Populasi anjing cepat sekali. Belum lagi memvaksin anjing-anjing liar di luar sana sangat susah. Beberapa orang harus ditugaskan untuk menangkap anjing dan memvaksin tentunya memakan waktu yang lama," ujarnya.

Di Bali, lanjut Gubernur Pastika, jumlah anjing sekitar 500 ribu ekor, penduduk Bali berjumlah empat juta jiwa dan wisatawan asing sekitar 4,5 juta orang. Dari jumlah anjing tersebut sekitar 50 ribu ekor anjing dipelihara dirumah sedangkan sisanya hidup liar.

"Dengan jumlah yang sangat banyak tentunya sangat sulit bagi kami untuk memvaksin. Satu-satunya cara yakni dibius dan dilakukan eliminasi. Saya meminta maaf kepada penyayang binatang karena saya diprotes di media sosial. Saya juga penyayang binatang, tetapi saya juga sayang dengan nyawa manusia," kata Mangku Pastika menegaskan.

Gubernur Pastika juga khawatir bila anjing rabies ini mengigit dan menularkan kepada kera atau monyet di objek wisata di Pulau Dewata.

"Saya khawatir juga kalau anjing ini menggigit monyet, karena yang paling mudah terjangkit rabies adalah monyet dan kucing. Kalau di objek wisata Uluwatu satu ekor monyet digigit dan tertular rabies, berarti daerah pariwisata tutup. Siapa yang bisa mengendalikan monyet tersebut," katanya.

Ketua DPRD Bali Nyoman Adi Wiryatana juga menyatakan dukungan eliminasi terhadap anjing-anjing liar.

"Kalau kita pelihara anjing dengan teratur dan dikandangkan tentunya tidak berpotensi terserang rabies. Bagaimana dengan anjing-anjing liar yang populasinya sangat banyak di Bali. Ini sangat mencemaskan masyarakat Bali. Pilih Anjing atau Manusia," katanya. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015