Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengapresiasi rencana Lembaga Pertahanan Nasional (Lemhanas) yang akan melakukan riset tentang perempuan Bali karena kaum hawa di daerah itu dipandang memiliki karakter yang khas.
"Perempuan Bali memiliki karakter yang khas dan budaya yang sangat berbeda jika dibandingkan perempuan-perempuan di daerah dan negara lain," kata Pastika saat menerima audiensi Deputi Pengkajian Strategis Lemhanas Prof Dr Djagal Wiseso Marseno, di Denpasar, Senin.
Sekilas, Pastika menjelaskan kondisi di Bali saat ini ada sedikit pergeseran sosial yang terjadi pada perempuan Bali yang dulunya bekerja kasar baik di jalanan maupun di rumah.
Namun, sekarang, ujar dia, sudah banyak yang menjadi wanita karier dan menduduki posisi yang cukup penting di pemerintahan seperti kepala dinas, kepala badan maupun direktur rumah sakit, meskipun secara fungsi mereka masih tetap menjalani kewajiban sesuai kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
"Di Bali tidak ada perempuan yang ongkang-ongkang kaki. Berpendidikan ataupun tidak, perempuan Bali selalu mengambil bagian sebagai penopang ekonomi keluarga dengan profesi apa saja," kata Pastika.
Fenomena lain yang terjadi akhir-akhir ini adalah adanya komposisi perempuan melebihi jumlah laki-laki di bidang-bidang tertentu yang dulunya hanya didominasi oleh kaum adam.
Bahkan dalam penerimaan siswa baru di SMA dan SMK Bali Mandara yang merupakan sekolah unggulan milik pemprov setempat, pada tahun ini didominasi oleh siswa wanita. Untuk SMA Bali Mandara dari 90 siswa yang diterima hanya 29 siswa laki-laki sedang 61 siswa adalah perempuan.
Begitu pula di SMK Bali Mandara dari 99 siswa baru, 45 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan. "Fenomena ini juga menjadi suatu yang sangat menarik sebagai objek penelitian, fenomena apa gerangan," ujarnya.
Sementara itu, Deputi Pengkajian Strategis Lemhanas Prof Dr Djagal Wiseso Marseno mengatakan pihaknya memiliki alasan adanya kultur yang berbeda dari perempuan Bali yang memiliki peran sebagai tulang punggung perekonomian keluarga.
Dari riset yang dilakukan, dia berharap dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi perempuan di Indonesia khususnya dan bagi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.
Riset yang mengambil tema "Penguatan Peran Perempuan dalam Pembangunan Guna Memantapkan Pengelolaan Bonus Demografi Dalam Rangka Ketahanan Nasional" diperkirakan memakan waktu selama senam bulan dan saat ini sudah memasuki bulan kelima. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Perempuan Bali memiliki karakter yang khas dan budaya yang sangat berbeda jika dibandingkan perempuan-perempuan di daerah dan negara lain," kata Pastika saat menerima audiensi Deputi Pengkajian Strategis Lemhanas Prof Dr Djagal Wiseso Marseno, di Denpasar, Senin.
Sekilas, Pastika menjelaskan kondisi di Bali saat ini ada sedikit pergeseran sosial yang terjadi pada perempuan Bali yang dulunya bekerja kasar baik di jalanan maupun di rumah.
Namun, sekarang, ujar dia, sudah banyak yang menjadi wanita karier dan menduduki posisi yang cukup penting di pemerintahan seperti kepala dinas, kepala badan maupun direktur rumah sakit, meskipun secara fungsi mereka masih tetap menjalani kewajiban sesuai kodratnya sebagai ibu rumah tangga.
"Di Bali tidak ada perempuan yang ongkang-ongkang kaki. Berpendidikan ataupun tidak, perempuan Bali selalu mengambil bagian sebagai penopang ekonomi keluarga dengan profesi apa saja," kata Pastika.
Fenomena lain yang terjadi akhir-akhir ini adalah adanya komposisi perempuan melebihi jumlah laki-laki di bidang-bidang tertentu yang dulunya hanya didominasi oleh kaum adam.
Bahkan dalam penerimaan siswa baru di SMA dan SMK Bali Mandara yang merupakan sekolah unggulan milik pemprov setempat, pada tahun ini didominasi oleh siswa wanita. Untuk SMA Bali Mandara dari 90 siswa yang diterima hanya 29 siswa laki-laki sedang 61 siswa adalah perempuan.
Begitu pula di SMK Bali Mandara dari 99 siswa baru, 45 siswa laki-laki dan 54 siswa perempuan. "Fenomena ini juga menjadi suatu yang sangat menarik sebagai objek penelitian, fenomena apa gerangan," ujarnya.
Sementara itu, Deputi Pengkajian Strategis Lemhanas Prof Dr Djagal Wiseso Marseno mengatakan pihaknya memiliki alasan adanya kultur yang berbeda dari perempuan Bali yang memiliki peran sebagai tulang punggung perekonomian keluarga.
Dari riset yang dilakukan, dia berharap dapat menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi perempuan di Indonesia khususnya dan bagi seluruh masyarakat Indonesia pada umumnya.
Riset yang mengambil tema "Penguatan Peran Perempuan dalam Pembangunan Guna Memantapkan Pengelolaan Bonus Demografi Dalam Rangka Ketahanan Nasional" diperkirakan memakan waktu selama senam bulan dan saat ini sudah memasuki bulan kelima. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015