Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia Provinsi Bali bekerja sama dengan PKK Kota Denpasar memberikan pelatihan pertanian di kawasan permukiman kota atau "urban farming" dengan menghadirkan pakar pertanian dari Medan, Sumatera Utara.

"Paling tidak, ketika harga cabai misalnya tinggi, itu sudah tidak mengganggu pasar karena selama ini komoditas di Bali banyak tergantung dari luar," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Senin.

Bank sentral itu mendatangkan langsung, Maryoto, petani yang sukses memberdayakan masyarakat khususnya ibu-ibu untuk menggalakkan pertanian di Medan, Sumatera Utara.

Pelatihan berupa praktik langsung dan berbagi ilmu terkait pengembangan pertanian seperti pertanian organik dan pemanfaatan pertanian di lahan sempit itu diberikan kepada ibu-ibu yang tergabung dalam organisasi PKK Denpasar.

Para peserta pelatihan itu diharapkan mengaplikasikan pelatihan tersebut di rumah tangga masing-masing dan dalam jangka panjang apabila telah mencukupi kebutuhan rumah tangga, bisa menjual hasil pertanian produksi rumahan itu.

BI menargetkan para ibu tersebut selain mengaplikasikan juga menginformasikan hal serupa kepada masyarakat lain.

Sehingga diharapkan dengan memanfaatkan hasil pertanian sendiri maka dapat menekan inflasi yang biasanya bersumber dari sejumlah kebutuhan pokok yang harganya kerap bergejolak tersebut.

Harga komoditas yang kerap mengalami fluktuasi harga di antaranya beras, cabai, bawang merah, bawang putih, sayur mayur, bumbu dapur dan lainnya.

Selama dua tahun terakhir, BI mencatat komoditas beras menyumbang inflasi sebanyak enam kali dan cabai rawit sebanyak 13 kali inflasi.

Inflasi sendiri merupakan suatu keadaan dengan harga barang yang terus naik yang dikontribuskan oleh harga komoditas yang gejolak.

BI, kata dia, berupaya memberikan pendampingan guna memantapkan program tersebut dan berencana memperluas "urban farming". (WDY)

Pewarta: Pewarta: Dewa Wiguna

Editor : Dewa Sudiarta Wiguna


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015