Denpasar (Antara Bali) - Jajaran Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali dan sembilan kabupaten/kota di Pulau Dewata dalam vaksinasi massal rabies tahap keenam sudah memvaksinasi sekitar 240 ribu ekor anjing.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Kamis, mengatakan meskipun vaksinasi massal rabies tahap keenam berakhir pada 31 Juli 2015, tetapi pihaknya akan terus melakukan penyisiran untuk menjangkau daerah-daerah yang belum tersentuh dalam tahapan vaksinasi massal.
Sumantra memprediksi populasi anjing di Bali di atas 400 ribu ekor, sedangkan baru 240 ribu yang sudah tervaksinasi. "Untuk penyisiran ini, petugas bisa diundang datang oleh masyarakat yang anjingnya belum tervaksin maupun masyarakat bisa membawa anjing ke posko-posko vaksinasi. Di samping petugas memang akan datang sendiri pada daerah-daerah yang dipandang perlu," katanya.
Pihaknya mengajak masyarakat untuk tidak diam dan menyampaikan sejumlah alasan, kalau ternyata anjing peliharaannya belum tervaksin untuk mencegah penyebaran virus rabies lebih meluas. "Hingga saat ini, dari 716 desa di Bali, kasus rabies sudah ditemukan di 145 desa," ujarnya.
Sumantra tidak memungkiri, untuk menjangkau dan memvaksinasi keseluruhan anjing di Bali menemukan berbagai permasalahan seperti banyaknya anjing liar, maupun anjing yang ada pemiliknya, namun dibiarkan berkeliaran.
"Sulit sekali kami juga mengeliminasi anjing-anjing liar, dan yang dibiarkan berkeliaran oleh pemiliknya. Jadi, bagaimanapun seriusnya kami, selama masyarakatnya tidak mau tahu ya sulit juga untuk memberantas rabies," katanya.
Pihaknya mengharapkan masyarakat untuk berhati-hati juga dalam memindahkan anjing, meminta, mengambil, memungut dan membeli anjing karena ciri-ciri anjing yang rabies saat ini sudah berbeda dengan yang dulu dikampanyekan.
Di sisi lain, Sumantra mempersilakan juga kalau ada masyarakat yang mau memvaksin kucingnya kalau merasa khawatir terjangkit rabies.
"Memang sejauh ini, belum ada korban rabies yang berasal dari cakaran kucing. Sempat ada dugaan satu kasus di Klungkung, saat itu kami langsung ambil otak kucing tersebut, ternyata hasilnya negatif. Jadi bukan rabies yang menjadi penyebab meninggalnya salah satu warga di Klungkung setelah sempat dicakar kucing," ujar Sumantra.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali Putu Sumantra, di Denpasar, Kamis, mengatakan meskipun vaksinasi massal rabies tahap keenam berakhir pada 31 Juli 2015, tetapi pihaknya akan terus melakukan penyisiran untuk menjangkau daerah-daerah yang belum tersentuh dalam tahapan vaksinasi massal.
Sumantra memprediksi populasi anjing di Bali di atas 400 ribu ekor, sedangkan baru 240 ribu yang sudah tervaksinasi. "Untuk penyisiran ini, petugas bisa diundang datang oleh masyarakat yang anjingnya belum tervaksin maupun masyarakat bisa membawa anjing ke posko-posko vaksinasi. Di samping petugas memang akan datang sendiri pada daerah-daerah yang dipandang perlu," katanya.
Pihaknya mengajak masyarakat untuk tidak diam dan menyampaikan sejumlah alasan, kalau ternyata anjing peliharaannya belum tervaksin untuk mencegah penyebaran virus rabies lebih meluas. "Hingga saat ini, dari 716 desa di Bali, kasus rabies sudah ditemukan di 145 desa," ujarnya.
Sumantra tidak memungkiri, untuk menjangkau dan memvaksinasi keseluruhan anjing di Bali menemukan berbagai permasalahan seperti banyaknya anjing liar, maupun anjing yang ada pemiliknya, namun dibiarkan berkeliaran.
"Sulit sekali kami juga mengeliminasi anjing-anjing liar, dan yang dibiarkan berkeliaran oleh pemiliknya. Jadi, bagaimanapun seriusnya kami, selama masyarakatnya tidak mau tahu ya sulit juga untuk memberantas rabies," katanya.
Pihaknya mengharapkan masyarakat untuk berhati-hati juga dalam memindahkan anjing, meminta, mengambil, memungut dan membeli anjing karena ciri-ciri anjing yang rabies saat ini sudah berbeda dengan yang dulu dikampanyekan.
Di sisi lain, Sumantra mempersilakan juga kalau ada masyarakat yang mau memvaksin kucingnya kalau merasa khawatir terjangkit rabies.
"Memang sejauh ini, belum ada korban rabies yang berasal dari cakaran kucing. Sempat ada dugaan satu kasus di Klungkung, saat itu kami langsung ambil otak kucing tersebut, ternyata hasilnya negatif. Jadi bukan rabies yang menjadi penyebab meninggalnya salah satu warga di Klungkung setelah sempat dicakar kucing," ujar Sumantra.(APP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015