Denpasar, 9/7 (Antara) - Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Demokrat Bali, Made Mudarta mengatakan Koalisi Bali Mandara (KBM) siap menampilkan calon pemimpin daerah yang memiliki jiwa pengabdi masyarakat pada perhelatan Pilkada serentak yang akan digelar 9 Desember mendatang.
"Kami ingin mencetak pemimpin yang berbeda dari biasanya, bukan sekedar pemimpin yang berstatus bupati atau wali kota, namun hanya bekerja sekedarnya, tanpa melakukan usaha peningkatan kesejahteraan rakyat," kata Made Mudarta di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, masyarakat Bali membutuhkan pemimpin yang dapat melakukan gebrakan program-program kerja inovatif yang dirasakan dampaknya oleh rakyat.
"Kebanyakan pemimpin daerah di Bali hanya melakukan fungsi administratif, memberikan izin, membuka rapat, tanpa memperhatikan golongan bawah yang memerlukan perhatian," katanya.
Mantan Ketua OKK DPD Demokrat Bali era Ketua DPD Demokrat I Gusti Bagus Alit Putra ini menjelaskan, salah satu langkap yang dipakai KBM mencetak calon pemimpin yang berjiwa pengabdi masyarakat adalah melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap 32 bakal calon kepala daerah di enam kabupaten/kota se-Bali beberapa waktu lalu.
Dikatakan, melalu uji kelayakan dan kepatutan akan terlihat komitmen dan upaya dari calon pemimpin itu untuk mengembangkan dan memajukan daerahnya masing-masing.
"Tidak tanggung-tanggung, yang menguji para bakal calon (balon) bupati/wali kota adalah para profesor dan akademisi yang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing, artinya, mereka sangat paham dengan visi dan misi balon apakah mampu mensejahterakan rakyat atau tidak?," ujar politisi asal Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini.
Selain itu, menurut dia, Bali saat ini membutuhkan pemimpin yang "setengah gila", artinya pemimpin yang gila bekerja keras dengan melakukan terobosan-terobosan dalam upaya meningkatkan taraf perekonomian rakyat hingga menyentuh kalangan masyarakat paling bawah.
Mudarta melanjutkan, Pulau Bali yang terkenal dengan sebutan pulau surga (island of paradise) atau Pulau Dewata (island of God) masih tidak sesuai dengan keadaan perekonomian masyarakat bawah yang yang masuk dalam golongan rumah tangga miskin (RTM).
"Hal yang perlu diperhatikan nantinya oleh para pemimpin daerah adalah masih banyak masyarakat Bali yang bergulat dengan kesulitan mencari makan, biaya sekolah yang mahal, kesulitan lapangan pekerjaan, dan lain-lainya. Jangan sampai orang luar mengira Bali seperti surga, tetapi orang dalam merasakan Bali seperti neraka," demikian Made Mudarta.(BAP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Kami ingin mencetak pemimpin yang berbeda dari biasanya, bukan sekedar pemimpin yang berstatus bupati atau wali kota, namun hanya bekerja sekedarnya, tanpa melakukan usaha peningkatan kesejahteraan rakyat," kata Made Mudarta di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan, masyarakat Bali membutuhkan pemimpin yang dapat melakukan gebrakan program-program kerja inovatif yang dirasakan dampaknya oleh rakyat.
"Kebanyakan pemimpin daerah di Bali hanya melakukan fungsi administratif, memberikan izin, membuka rapat, tanpa memperhatikan golongan bawah yang memerlukan perhatian," katanya.
Mantan Ketua OKK DPD Demokrat Bali era Ketua DPD Demokrat I Gusti Bagus Alit Putra ini menjelaskan, salah satu langkap yang dipakai KBM mencetak calon pemimpin yang berjiwa pengabdi masyarakat adalah melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap 32 bakal calon kepala daerah di enam kabupaten/kota se-Bali beberapa waktu lalu.
Dikatakan, melalu uji kelayakan dan kepatutan akan terlihat komitmen dan upaya dari calon pemimpin itu untuk mengembangkan dan memajukan daerahnya masing-masing.
"Tidak tanggung-tanggung, yang menguji para bakal calon (balon) bupati/wali kota adalah para profesor dan akademisi yang memiliki keahlian di bidangnya masing-masing, artinya, mereka sangat paham dengan visi dan misi balon apakah mampu mensejahterakan rakyat atau tidak?," ujar politisi asal Kecamatan Mendoyo, Jembrana ini.
Selain itu, menurut dia, Bali saat ini membutuhkan pemimpin yang "setengah gila", artinya pemimpin yang gila bekerja keras dengan melakukan terobosan-terobosan dalam upaya meningkatkan taraf perekonomian rakyat hingga menyentuh kalangan masyarakat paling bawah.
Mudarta melanjutkan, Pulau Bali yang terkenal dengan sebutan pulau surga (island of paradise) atau Pulau Dewata (island of God) masih tidak sesuai dengan keadaan perekonomian masyarakat bawah yang yang masuk dalam golongan rumah tangga miskin (RTM).
"Hal yang perlu diperhatikan nantinya oleh para pemimpin daerah adalah masih banyak masyarakat Bali yang bergulat dengan kesulitan mencari makan, biaya sekolah yang mahal, kesulitan lapangan pekerjaan, dan lain-lainya. Jangan sampai orang luar mengira Bali seperti surga, tetapi orang dalam merasakan Bali seperti neraka," demikian Made Mudarta.(BAP)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015