Gianyar (Antara) - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali berhasil mencatatkan rekor pada Museum Rekor Indonesia (Muri) dalam kegiatan menanam padi organik seluas 10 hektare dalam satu hari.
Penanaman padi tersebut dilaksanakan pada lahan milik para petani binaan bank sentral itu yang tergabung dalam sistem irigasi pertanian tradisional khas Pulau Dewata atau "Subak" di Desa Pulagan, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Selasa,
Ratusan petani yang berbaur dengan masyarakat setempat, pelajar, anggota TNI dan Polri serta sejumlah instansi terkait lainnya bersama-sama menaman padi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati menjelaskan bahwa penanaman padi merupakan salah satu program pengembangan klaster ketahanan pangan untuk komoditi padi yang dilakukan oleh bank sentral itu.
Sedangkan penghargaan dari Muri tersebut, kata dia, merupakan "bonus" yang bukan merupakan hal utama melainkan sebagai upaya memotivasi petani menghasilkan produksi padi yang bermutu dan menyelamatkan alih fungsi lahan pertanian.
"Rekor Muri itu nomor dua. Intinya bagaimana menyelamatkan area persawahan yang menjadi warisan budaya dunia dan bagaimana kita harus menyetop konversi lahan rata-rata 200 hektare per tahun," ucapnya.
BI Bali sendiri menginisiasi kegiatan itu melalui pembinaan yang diberikan kepada para petani salah satunya pada Subak Pulagan dengan cara menanam padi menggunakan bahan organik.
Pada lahan seluas 10 hektare yang menjadi kawasan warisan budaya dunia itu, Bank Indonesia memperkenalkan teknik budidaya pertanian organik menggunakan metode SRI atau sistem intensifikasi pertanian yang menitikberatkan penghematan sumber daya terutama air yang cocok dikombinasikan dengan pupuk organik.
Dengan teknik itu menghemat air hingga sekitar 30 persen dibandingkan cara penanaman yang biasa, menghemat benih lima hingga tujuh kilogram per hektare dan menggunakan benih muda berusia hingga 10 hari setelah semai dan dipasukan dengan teknik "jajar legowo" dan pupuk organik.
Dengan metode "Jajar legowo", petani menanam benih padi dengan mengatur jarak sehingga benih padi mendapatkan penyinaran yang baik dan bisa terhindar dari hama penyakit seperti tikus karena padi tumbuh tidak begitu rimbun.
Sedangkan pupuk organik yang digunakan memanfaatkan limbah yang dicampur dengan dekomposer berbasis "Microbacter Alfalfa" (MA-11).
Dengan memanfaatkan teknologi itu, petani diharapkan mampu mendapatkan hasil produksi optimal yang diprediksi satu ton padi per hektare.
Sehingga ke depan, hasil pertanian mampu berkontribusi untuk meminimalkan inflasi di Pulau Dewata mengingat komoditas beras menyumbang tiga kali inflasi selama tahun 2014 dan selama tiga tahun terakhir telah berkontribusi inflasi sebanyak 16 kali.
Bank sentral itu juga mencatat tahun 2014, Bali masih mengalami defisit beras mencapai hampir 37 ribu ton. Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata mengharapkan dengan adanya penghargaan rekor Muri itu mampu memotivasi petani meskipun hasil pertanian merupakan yang utama.
"Kami yakin program ini berhasil apalagi beras Pulagan sering digunakan untuk upacara. Kami sangat mendukung ini," katanya.
Penyerahan sertifikat penghargaan Muri tersebut diserahkan oleh Senior Manajer Muri, Sri Widayati, kepada Bank Indonesia Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Gianyar dan perwakilan Subak Pulagan.
Rekor penanaman padi dengan peserta terbanyaksebelumnya telah dilakukan di beberapa daerah namun memiliki kategori berbeda dengan di Gianyar yaitu penanaman padi di atas lahan terluas. (DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Penanaman padi tersebut dilaksanakan pada lahan milik para petani binaan bank sentral itu yang tergabung dalam sistem irigasi pertanian tradisional khas Pulau Dewata atau "Subak" di Desa Pulagan, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar, Selasa,
Ratusan petani yang berbaur dengan masyarakat setempat, pelajar, anggota TNI dan Polri serta sejumlah instansi terkait lainnya bersama-sama menaman padi.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati menjelaskan bahwa penanaman padi merupakan salah satu program pengembangan klaster ketahanan pangan untuk komoditi padi yang dilakukan oleh bank sentral itu.
Sedangkan penghargaan dari Muri tersebut, kata dia, merupakan "bonus" yang bukan merupakan hal utama melainkan sebagai upaya memotivasi petani menghasilkan produksi padi yang bermutu dan menyelamatkan alih fungsi lahan pertanian.
"Rekor Muri itu nomor dua. Intinya bagaimana menyelamatkan area persawahan yang menjadi warisan budaya dunia dan bagaimana kita harus menyetop konversi lahan rata-rata 200 hektare per tahun," ucapnya.
BI Bali sendiri menginisiasi kegiatan itu melalui pembinaan yang diberikan kepada para petani salah satunya pada Subak Pulagan dengan cara menanam padi menggunakan bahan organik.
Pada lahan seluas 10 hektare yang menjadi kawasan warisan budaya dunia itu, Bank Indonesia memperkenalkan teknik budidaya pertanian organik menggunakan metode SRI atau sistem intensifikasi pertanian yang menitikberatkan penghematan sumber daya terutama air yang cocok dikombinasikan dengan pupuk organik.
Dengan teknik itu menghemat air hingga sekitar 30 persen dibandingkan cara penanaman yang biasa, menghemat benih lima hingga tujuh kilogram per hektare dan menggunakan benih muda berusia hingga 10 hari setelah semai dan dipasukan dengan teknik "jajar legowo" dan pupuk organik.
Dengan metode "Jajar legowo", petani menanam benih padi dengan mengatur jarak sehingga benih padi mendapatkan penyinaran yang baik dan bisa terhindar dari hama penyakit seperti tikus karena padi tumbuh tidak begitu rimbun.
Sedangkan pupuk organik yang digunakan memanfaatkan limbah yang dicampur dengan dekomposer berbasis "Microbacter Alfalfa" (MA-11).
Dengan memanfaatkan teknologi itu, petani diharapkan mampu mendapatkan hasil produksi optimal yang diprediksi satu ton padi per hektare.
Sehingga ke depan, hasil pertanian mampu berkontribusi untuk meminimalkan inflasi di Pulau Dewata mengingat komoditas beras menyumbang tiga kali inflasi selama tahun 2014 dan selama tiga tahun terakhir telah berkontribusi inflasi sebanyak 16 kali.
Bank sentral itu juga mencatat tahun 2014, Bali masih mengalami defisit beras mencapai hampir 37 ribu ton. Bupati Gianyar, Anak Agung Gde Agung Bharata mengharapkan dengan adanya penghargaan rekor Muri itu mampu memotivasi petani meskipun hasil pertanian merupakan yang utama.
"Kami yakin program ini berhasil apalagi beras Pulagan sering digunakan untuk upacara. Kami sangat mendukung ini," katanya.
Penyerahan sertifikat penghargaan Muri tersebut diserahkan oleh Senior Manajer Muri, Sri Widayati, kepada Bank Indonesia Provinsi Bali, Pemerintah Kabupaten Gianyar dan perwakilan Subak Pulagan.
Rekor penanaman padi dengan peserta terbanyaksebelumnya telah dilakukan di beberapa daerah namun memiliki kategori berbeda dengan di Gianyar yaitu penanaman padi di atas lahan terluas. (DWA)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015