Denpasar (Antara Bali) - Omzet penjualan kerang di objek wisata Pantai Peti Tenget, Kabupaten Badung, Bali mengalami penurunan drastis, akibat minat wisatawan membeli berbagai jenis kerajinan laut berkurang.

"Wisatawan enggan membeli kerajinan kerang karena wisatawan lebih memprioritaskan memenuhi kebutuhan biaya hidup dan biaya tempat tinggal," kata Suparman, penjual kerang di pantai Peti Tenget, Selasa.

Ia menjelaskan, penurunan omzet terjadi sejak awal tahun ini, sehingga nasib para pedagang kecil semakin memprihatinkan di tengah situasi ekonomi yang sulit ini, sementara kebutuhan biaya hidup dan menyekolahkan anak semakin tinggi. "Jika sebelumnya bisa menjual Rp150.000-Rp300.000 dalam sebulan, namun saat ini hanya terjual Rp50.000-Rp100.000 saja dan itu pun kalau ada pembeli, kalau sepi tidak dapat apa apa," imbuhnya.

Ia menambahkan, kenaikan jumlah pengunjung ke objek wisata bahari yang berlokasi sekitar tujuh kilometer (km) dari Pantai Kuta itu tidak sedikit pun berpengaruh terhadap kenaikan jumlah pembeli kerang.

Selain karena menurunnya minat wisatawan membeli kerang, juga disebabkan menjamurnya toko seni sehingga mematikan usaha-usaha kecil daerah itu walaupun masih ada yang bertahan dengan penurunan omzet cukup signifikan.

Apalagi, toko seni dilengkapi fasilitas mewah dan super modern, membuat konsumen yang kebanyakan wisatawan asing nyaman berbelanja di sana meski dengan resiko harga tinggi. "Kalau penjual kerang seperti saya jelas kalah jauh dibandingkan toko seni, mereka punya fasilitas sedangkan kami hanya punya satu meja ini saja," katanya sembari menunjukan meja butut tempatnya menjajakan kerang.

Menurut dia, untuk menutupi kerugian terpaksa dijual dengan harga murah berbagai jenis kerang seperti kerang sangka, kerang batu, kerang kecil, dan kerang kalung dijual ke toko seni karena membutuhkan uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ia mencontohkan, kerang biasa yang biasanya dijual Rp10.000 perbiji, terpaksa dijual seharga Rp5.000 saja. "Pembeli boleh saja sepi, tetapi masalah makan dan kebutuhan sehari-hari harus dipenuhi, karena itulah saya terpaksa menjual kerang dengan harga sangat murah, bisa turun sampai 50 persen, ujarnya. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015