Denpasar (Antara Bali) - Sebanyak 30 seniman lintas komunitas menggelar pameran bersama di Bentara Budaya Bali (BBB), lembaga kebudayaan nirlaba Kompas-Gramedia di Ketewel, Kabupaten Gianyar selama sepuluh hari, 21-30 Juni 2015.

"Puluhan seniman yang menamakan diri kelompok Militan Arts dalam pameran kali ini mengusung tema `Ulu Teben` menyuguhkan karya-karya dua dimensi dan satu karya instalasi," kata kurator pameran tersebut, Ni Made Yeni S.Sos MA, di Denpasar, Minggu.

Ia mengatakan pameran yang menampilkan belasan karya seni itu mengedepankan ekspresi paling mempribadi para seniman sebagai kreator yang diwujudkan dalam berbagai bentuk visual sebagai cerminan imajinasi yang lepas bebas.

Hal itu sejalan dengan niatan para seniman untuk melepaskan diri dari pakem-pakem dan frame penciptaan mereka selama ini, yang pada satu titik tertentu menjadi batu sandungan dalam berkarya.

Kelompok Militan Art yang ikut ambil bagian dalam pameran kali ini antara lain Made Wiradana, Made Supena, Diwarupa, Ida Bagus Purwa, Sujana Kenyem, Galung Wiratmaja, Lekung Sugantika, Wayan Paramartha, Made Gunawan, I Gede Pande Paramartha, Somya Prabawa, Edy Asmara, Wayan Naya, Decko, dan Nyoman Pande Wijaya Suta.

Selain itu juga I Gusti Buda, Gung Putra, Antho, Agus `Dangap` Murdika, Ngurah Paramartha, I Ketut Suasana `Kabul`, I Gede Jaya Putra `Dekde`, Atmi Kristiadewi, Made Kaek, Teja Astawa, Putu Bonuz, Made Kenak Dwi Adnyana, Uuk Paramahita, Wayan Suja, dan Ketut Tenang.

"Pameran tersebut rencananya dibuka oleh pecinta seni, Yokasara, Minggu (21/6) malam," ujar Ni Made Yeni.

Pada acara tersebut juga akan disuguhkan pemutaran video dokumenter tentang proses penggarapan Pameran `Ulu Teben`, serta "performing art" kolaborasi perupa Putu Sudiana Bonuz, Rah Tut, Adi Siput, Gusti Buda serta Galung Wiratmaja.

"Ulu-Teben" diambil dari kata "luaan" atau hulu dan "teben" atau hilir. Berdasarkan konsepsi Bali, Ulu diidentikkan dengan Gunung, sedangkan Teben dianggap mewakili Laut.

Secara filosofi, "Ulu Teben" juga kerap disandingkan dengan Kaja-Kelod (Utara-Selatan), Tegeh - Lebah (tinggi - rendah) dan sebagainya, yang secara umum mencerminkan konsep Rwa Bhinneda, yakni dua hal yang bertentangan, namun sejatinya saling melengkapi, atau hubungan antara makro kosmos (alam semesta) dan mikro kosmos (diri manusia).

Sementara penata program BBB Juwitta Katriana Lasut menjelaskan tema pameran kali ini sebagai respons tema utama Bentara Budaya sepanjang tahun 2015 yakni "Giri Bahari" atau di Bali dikenal dengan "Nyegara Giri".

Tema itu merupakan sebuah konsep harmonis yang mempertautkan kehidupan sosial kultural pegunungan dan pesisir (lautan) dalam satu kesatuan Nilai, menjadi acuan dalam kehidupan keseharian maupun ritual. (WDY)

Pewarta: Pewarta: I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015