Solo (Antara Bali) - Puncak resepsi pernikahan putra sulung Presiden Joko Widodo-Ibu Iriana berlangsung di Graha Saba Buana di Sumber, Solo, Jawa Tengah, dihadiri ribuan orang dari berbagai kalangan sekaligus menandai telah bertemunya seluruh elit politik dan pemerintah.
Resepsi yang berakhir sekitar pukul 21.00 WIB itu sekaligus menjadi pertanda selesainya seluruh rangkaian prosesi perkawinan dengan adat Jawa yang berlangsung sejak Selasa (9/11). Diawali dengan tembungan atau lamaran, pemasangan bleketepe, siraman, midodareni hingga akad nikah dan terakhir, resepsi.
Dengan resepi yang mengundang semua kalangan masyarakat, janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan perkawinan anak sulungnya sebagai pesta rakyat telah terpenuhi. Janji Jokowi yang tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun dari tamu yang diundang juga terlaksana.
Karena itu dalam resepsi, panitia tidak menyediakan kotak "angpao" (sumbangan). Bahkan hal itu ditegaskan dalam undangan yang disampaikan kepada pihak-pihak yang diundang.
Hadirin sudah memenuhi pintu masuk gedung milik keluarga itu sejak pelaksanaan akad nikah pada Kamis pagi. Masyarakat termasuk dari paguyuban tukang becak, tukang cukup dan pedagang pasar mendapat kesempatan untuk hadir pada pukul 10.00 hingga 13.00 WIB.
Selanjutnya, undangan dari kalangan elit politik, pemerintahan dan perwakilan negara lain mendapat kesempatan pada Kamis malam. Elit politik bertemu walaupun sejenak. Suasana demikian "cair" dan tidak mencerminkan perbedaan politik dan lembaga. Pemerintahan seolah berpindah ke Solo pada saat itu.
Mereka bukan hanya dari partai politik pendukung pemerintahan, namun juga dari koalisi partai yang selama ini menjadi "oposisi". Sedangkan dari kalangan pemerintahan, hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan wapres Boediono dan Try Sutrisno, para menteri, gubernur, wali kota dan bupati.
Pimpinan tinggi TNI dan Polri juga hadir. Hal itu semakin menguatkan fakta bahwa resepsi pernikahan itu untuk semua kalangan. Selain mendoakan dengan menyampaikan selamat berbahagia kepada keua mempelai, mereka mengapresiasi pelaksanaannya yang sederhana. Walaupun elit politik dan pemerintah tak jarang harus jalan kaki menuju lokasi acara.
Di samping itu, apresiasi juga disampaikan atas sikap keluarga Presiden Jokowi yang tidak menerima sumbangan dari tamu. Hal itu berbeda sekali dengan "kebiasaan" pejabat yang masih menerima sumbangan apabila menyelenggarakan hajatan.
Penerimaan sumbangan dalam hajatan oleh pejabat sering dicurigai sebagai gratifikasi. Namun para undangan yang hadir hanya mendoakan dan menyampaikan selamat. "Kado saya hanya doa," kata Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi yang harus rela berjalan kaki bersama keluarganya untuk sampai gedung resepsi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Resepsi yang berakhir sekitar pukul 21.00 WIB itu sekaligus menjadi pertanda selesainya seluruh rangkaian prosesi perkawinan dengan adat Jawa yang berlangsung sejak Selasa (9/11). Diawali dengan tembungan atau lamaran, pemasangan bleketepe, siraman, midodareni hingga akad nikah dan terakhir, resepsi.
Dengan resepi yang mengundang semua kalangan masyarakat, janji Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadikan perkawinan anak sulungnya sebagai pesta rakyat telah terpenuhi. Janji Jokowi yang tidak menerima sumbangan dalam bentuk apa pun dari tamu yang diundang juga terlaksana.
Karena itu dalam resepsi, panitia tidak menyediakan kotak "angpao" (sumbangan). Bahkan hal itu ditegaskan dalam undangan yang disampaikan kepada pihak-pihak yang diundang.
Hadirin sudah memenuhi pintu masuk gedung milik keluarga itu sejak pelaksanaan akad nikah pada Kamis pagi. Masyarakat termasuk dari paguyuban tukang becak, tukang cukup dan pedagang pasar mendapat kesempatan untuk hadir pada pukul 10.00 hingga 13.00 WIB.
Selanjutnya, undangan dari kalangan elit politik, pemerintahan dan perwakilan negara lain mendapat kesempatan pada Kamis malam. Elit politik bertemu walaupun sejenak. Suasana demikian "cair" dan tidak mencerminkan perbedaan politik dan lembaga. Pemerintahan seolah berpindah ke Solo pada saat itu.
Mereka bukan hanya dari partai politik pendukung pemerintahan, namun juga dari koalisi partai yang selama ini menjadi "oposisi". Sedangkan dari kalangan pemerintahan, hadir Wakil Presiden Jusuf Kalla, mantan wapres Boediono dan Try Sutrisno, para menteri, gubernur, wali kota dan bupati.
Pimpinan tinggi TNI dan Polri juga hadir. Hal itu semakin menguatkan fakta bahwa resepsi pernikahan itu untuk semua kalangan. Selain mendoakan dengan menyampaikan selamat berbahagia kepada keua mempelai, mereka mengapresiasi pelaksanaannya yang sederhana. Walaupun elit politik dan pemerintah tak jarang harus jalan kaki menuju lokasi acara.
Di samping itu, apresiasi juga disampaikan atas sikap keluarga Presiden Jokowi yang tidak menerima sumbangan dari tamu. Hal itu berbeda sekali dengan "kebiasaan" pejabat yang masih menerima sumbangan apabila menyelenggarakan hajatan.
Penerimaan sumbangan dalam hajatan oleh pejabat sering dicurigai sebagai gratifikasi. Namun para undangan yang hadir hanya mendoakan dan menyampaikan selamat. "Kado saya hanya doa," kata Menteri Pendayagunaan dan Aparatur Negara (PAN) dan Reformasi Birokrasi Yuddy Chrisnandi yang harus rela berjalan kaki bersama keluarganya untuk sampai gedung resepsi. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015