Kuta, Bali (Antara Bali) - Pemerintah Indonesia dengan Swedia tengah menjajaki kerja sama energi terbarukan melalui diskusi kedua belah pihak yang diwakili oleh duta besar dan pebisnis kedua negara di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, Kamis.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said yang hadir membuka diskusi itu menyatakan bahwa kerja sama kedua negara sangat potensial digelar mengingat kedua negara memiliki potensi baik dari segi sumber daya alam dan teknologi.

"Mereka (Swedia) tidak memiliki sumber daya fosil dan cadangan minyak dan gas tetapi dengan kemampuan inovasi teknologi, mereka bisa menyediakan listrik lebih dari separuh milik Indonesia," katanya.

Ia menyebutkan bahwa dengan kemampuan teknologi inovasi yang dimiliki negara yang berada di dekat Kutub Utara itu mampu menghasilkan hampir 35 ribu megawatt listrik, atau lebih dari separuh kemampuan Indonesia yakni sekitar 53 ribu megawatt. "Mereka memiliki pengalaman dalam energi terbarukan. Kami belajar dari mereka. Ini yang mau disepakati. Pertemuan hari ini lebih membicarakan hal teknis," imbuhnya.

Dalam pertemuan dua hari itu, dibahas potensi kerja sama yang dilakukan melalui skema pemerintah dan pemerintah dan bisnis dan bisnis. Dalam diskusi tersebut hadir Duta Besar Indonesia untuk Swedia, Dewa Made Sastrawan dan Duta Besar Swedia untuk Indonesia Johanna Brismar Skoog, Dewan Energi Nasional dan beberapa perwakilan bisnis kedua negara.

Dewa Made mengatakan bahwa kedua negara telah menandatangani nota kesepakatan Indonesia-Swedia Inisiatif untuk Solusi Teknologi Berkelanjutan (INSISTS) pada tahun 2012. Melalui INSISTS, kata dia, menjadi acuan bagi Indonesia dalam mengadopsi inovasi Swedia itu dalam hal menajemen sistem penanganan sampah untuk energi listrik.

"Saat ini beberapa universitas di Indonesia sedang mengadakan penelitian menyangkut teknologi hibrida dengan mengandalkan kekuatan air mikro atau "Hybrid unit of micro hydropower" yang sesuai dengan arus sungai di Indonesia," katanya.

Dia mengharapkan, "micro hydropower" itu bisa digunakan dan diproduksi luas di Indonesia dan diharapkan diekspor ke negara ketiga.

INSISTS tersebut, lanjut dia, memfasilitasi Indonesia dalam mengaplikasikan inovasi untuk pembangunan ekonomi sekaligus sebagai model untuk mengadopsi "Triple Helix" yang melibatkan universitas, industri dan pemerintah.(WDY)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015