Perth (Antara Bali) - Hubungan bilateral antara dua negara bertetangga Indonesia dan Australia diperkirakan tidak akan banyak terpengaruh setelah Pemerintah Federal Australia memotong 40 persen anggaran bantuan ke Indonesia untuk tahun 2015.

Pemotongan dana bantuan internasional oleh pemerintah Australia tidak secara spesifik membidik Indonesia atau negara manapun, kata Dr Shahar Hameiri, pengajar ilmu hubungan internasional Universitas Murdoch, kepada Antara di Perth, Kamis.

Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa besaran bantuan Australia kepada Indonesia tidak terlalu signifikan dan hampir semua negara menerima perlakuan yang sama, di mana bahkan negara-negara di sub-Sahara Afrika dana bantuan Australia dipangkas 70 persen.

"Ini karena Australia melihat Afrika bukan sebagai kepentingan nasional paling dekat dan paling utama," ujar pria yang banyak menulis tentang isu dana bantuan internasional tersebut.

Kebijakan pemotongan dana bantuan internasional oleh pemerintahan Perdana Menteri Tony Abbott, sebagaimana disebut Shahar, merupakan kebijakan yang simbolik karena sejak awal pemerintah mengumumkan akan melakukan penghematan.

"Dan memotong dana bantuan internasional adalah hal yang paling mudah untuk dilakukan pemerintah, karena tidak diperlukan persetujuan dari Senat dan Parlemen," ujar peneliti Pusat Kajian Asia Universitas Murdoch itu.

Berdasarkan kawasan, dana bantuan Australia untuk semua negara di Asia Timur dipangkas 40 persen, kecuali Kamboja dan Timor Leste.

Dana bantuan untuk Kamboja tahun ini sama dengan tahun lalu, setelah pemerintah Kamboja bersepakat untuk menampung para pencari suaka yang tadinya berniat menuju Australia.

Bantuan untuk Timor Leste hanya dipotong 5 persen. Bantuan untuk kawasan Pasifik juga tidak berubah dibandingkan tahun lalu. (WDY)

Pewarta:

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015