Kathmandu (Antara Bali) - Gempa besar 7,9 SR yang mengguncang Nepal Sabtu telah menewaskan setidaknya 1.130 jiwa dan menyebabkan longsor mematikan di Gunung Everest.
Jumlah korban diperkirakan terus bertambah karena muncul laporan kerusakan berat di daerah pegunungan terpencil setelah gempa terbesar yang pernah melanda Nepal dan berpusat 80 km sebelah timur kota terbesar kedua, Pokhara, itu.
Sistem komunikasi yang mati menyulitkan upaya penyelamatan dan semakin memunculkan kekhawatiran mengenai bertambahnya korban di negara miskin berpenduduk 28 juta jiwa itu.
Data resmi polisi menunjukkan, jumlah korban tewas telah mencapai 1.130. Angka itu belum termasuk korban di India sebanyak 34 orang dan satu di Bangladesh.
Gempa di Nepal ini adalah bencana yang berpotensi membawa kerusakan besar karena berpusat di titik yang dangkal. Hingga kini, sejumlah gedung runtuh, sementara jalanan terbelah.
Di sisi lain, gempa juga menyebabkan sejumlah bagian Gunung Everest longsor sehingga menewaskan setidaknya 10 orang yang tengah berada di pos terbawah.
Saat longsor terjadi, ada lebih dari 1.000 pendaki yang tengah berkumpul karena bertepatan dengan musim pendakian.
Pejabat badan pariwisata, Mohan Krishna Saptoka, mengatakan "sangat sulit memperkirakan jumlah kematian dan dampak kerusakan" di sekitar Everest.
"Para pendaki tersebar di sekitar pos terbawah (basecamp) dan bahkan beberapa di antara mereka sudah mulai menaiki gunung. Tidak mungkin memeriksa keberadaan mereka satu per satu," kata dia.
Sekitar 300.000 wisatawan asing diperkirakan tersebar di Nepal menjelang musim penjelajahan dan pendakian Himalaya. Badan pariwisata setempat kini dibanjiri panggilan dari pihak keluarga wisatawan asing itu.
Nepal, yang secara geografis terletak di antara Tiongkok dan India, memang pernah beberapa kali diguncang gempa. Gempa terbesar di negara itu terjadi pada 1934 yang menewaskan lebih dari 8.500 jiwa.
Sementara itu di ibu kota Kathmandu, gempa telah menyebabkan bangunan Dharahara Tower setinggi 60 meter, yang dibangun pada 1832, rata dengan tanah.
Di rumah sakit utama kota itu, puluhan relawan membentuk rantai demi memberi jalan pada mobil ambulans yang membawa korban luka.
Di sekitar kota, para petugas penyelamat berjuang menerobos reruntuhan bangunan yang di antaranya adalah kuil kuno umat Hindu.
"Saya dapat meilhat tiga tubuh biksu terjebak di antara reruntuhan bangunan di dekat biara. Kami berupaya menarik tubuh itu dan mencari orang-orang yang terjebak," kata seorang turis bernama Pant yang membantu proses penyelamatan.
Guncangan akibat gempa di Nepal juga terasa sampai ke ibu kota India, New Delhi, dan sejumlah wilayah lain. Sejumlah laporan menyebutkan guncangan gempa terasa hingga satu menit.
Perdana Menteri India Narendra Modi telah memerintahkan penggunaan pesawat pengangkut militer untuk membawa bantuan seberat tiga ton dan 40 tim SAR ke Nepal. Tiga pesawat lain akan menyusul dengan membawa rumah sakit darurat dan tim penyelamat lain, demikian Reuters. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
Jumlah korban diperkirakan terus bertambah karena muncul laporan kerusakan berat di daerah pegunungan terpencil setelah gempa terbesar yang pernah melanda Nepal dan berpusat 80 km sebelah timur kota terbesar kedua, Pokhara, itu.
Sistem komunikasi yang mati menyulitkan upaya penyelamatan dan semakin memunculkan kekhawatiran mengenai bertambahnya korban di negara miskin berpenduduk 28 juta jiwa itu.
Data resmi polisi menunjukkan, jumlah korban tewas telah mencapai 1.130. Angka itu belum termasuk korban di India sebanyak 34 orang dan satu di Bangladesh.
Gempa di Nepal ini adalah bencana yang berpotensi membawa kerusakan besar karena berpusat di titik yang dangkal. Hingga kini, sejumlah gedung runtuh, sementara jalanan terbelah.
Di sisi lain, gempa juga menyebabkan sejumlah bagian Gunung Everest longsor sehingga menewaskan setidaknya 10 orang yang tengah berada di pos terbawah.
Saat longsor terjadi, ada lebih dari 1.000 pendaki yang tengah berkumpul karena bertepatan dengan musim pendakian.
Pejabat badan pariwisata, Mohan Krishna Saptoka, mengatakan "sangat sulit memperkirakan jumlah kematian dan dampak kerusakan" di sekitar Everest.
"Para pendaki tersebar di sekitar pos terbawah (basecamp) dan bahkan beberapa di antara mereka sudah mulai menaiki gunung. Tidak mungkin memeriksa keberadaan mereka satu per satu," kata dia.
Sekitar 300.000 wisatawan asing diperkirakan tersebar di Nepal menjelang musim penjelajahan dan pendakian Himalaya. Badan pariwisata setempat kini dibanjiri panggilan dari pihak keluarga wisatawan asing itu.
Nepal, yang secara geografis terletak di antara Tiongkok dan India, memang pernah beberapa kali diguncang gempa. Gempa terbesar di negara itu terjadi pada 1934 yang menewaskan lebih dari 8.500 jiwa.
Sementara itu di ibu kota Kathmandu, gempa telah menyebabkan bangunan Dharahara Tower setinggi 60 meter, yang dibangun pada 1832, rata dengan tanah.
Di rumah sakit utama kota itu, puluhan relawan membentuk rantai demi memberi jalan pada mobil ambulans yang membawa korban luka.
Di sekitar kota, para petugas penyelamat berjuang menerobos reruntuhan bangunan yang di antaranya adalah kuil kuno umat Hindu.
"Saya dapat meilhat tiga tubuh biksu terjebak di antara reruntuhan bangunan di dekat biara. Kami berupaya menarik tubuh itu dan mencari orang-orang yang terjebak," kata seorang turis bernama Pant yang membantu proses penyelamatan.
Guncangan akibat gempa di Nepal juga terasa sampai ke ibu kota India, New Delhi, dan sejumlah wilayah lain. Sejumlah laporan menyebutkan guncangan gempa terasa hingga satu menit.
Perdana Menteri India Narendra Modi telah memerintahkan penggunaan pesawat pengangkut militer untuk membawa bantuan seberat tiga ton dan 40 tim SAR ke Nepal. Tiga pesawat lain akan menyusul dengan membawa rumah sakit darurat dan tim penyelamat lain, demikian Reuters. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015