Negara (Antara Bali) - Pengurus dan anggota koperasi petani  Sri Merta Asih di Desa Nusasari, Kabupaten Jembrana bingung dengan mesin pengering gabah bantuan pemerintah, karena sempat tidak jelas keberadaan dan statusnya.

"Mesin ini sempat lama tidak diketahui keberadaannya, lalu saat rapat akhir tahun ada anggota koperasi yang mempertanyakan, lalu tiba-tiba mesinnya sudah ada disini. Karena statusnya belum jelas, kami tidak berani menerimanya," kata Ketua Koperasi Sri Merta Asih Made Sumadiyasa, yang baru saja menjabat sebagai ketua koperasi tersebut, Jumat.

Ia mengatakan, kedatangan mesin senilai ratusan juta rupiah yang kabarnya disewakan ke pabrik penyosohan beras di Kelurahan Sangkaragung tersebut, juga tidak banyak yang tahu.

Karena tidak ada surat maupun keterangan resmi dari peminjam maupun pengurus koperasi sebelumnya, ia mengaku, tidak berani menerimanya apalagi mesin tersebut tidak tercantum sebagai aset koperasi.

"Dulu memang sempat ada bantuan dari pemerintah sejenis mesin ini, tapi sudah beberapa tahun tidak diketahui keberadaannya. Kini tahu-tahu muncul dan dikatakan ini mesin tersebut, tentu saja kami tidak bisa begitu saja menerima," ujarnya.

Ia mengungkapkan, karena mesin ini tidak ada, bangunan yang sedianya digunakan untuk menyimpannya, sejak tahun 2012 berubah fungsi menjadi gedung bulutangkis.

Menurutnya, untuk menerima atau menolak mesin tersebut, pihaknya menunggu keputusan anggota koperasi dalam rapat.

"Seminggu lalu kami sudah mengundang untuk rapat, tapi tidak ada anggota yang datang. Sekarang kami masih menunggu jadwal rapat selanjutnya," katanya.

Sementara Kelian atau Ketua Subak (pengurus irigasi khas Bali) Komang Karta juga mengaku, tidak tahu banyak asal usul termasuk menghilangnya mesin tersebut, karena dirinya baru menjabat akhir tahun 2014.

Hanya ia mengatakan, dalam rapat anggota keberadaan mesin tersebut sempat ditanyakan, yang oleh pengurus koperasi yang lama dikatakan, dipinjamkan ke usaha penyosohan beras di Kelurahan Sangkaragung.

Sama dengan pengurus koperasi, pihaknya juga tidak berani memutuskan menerima atau menolak mesin bantuan pemerintah tersebut, sehingga dibiarkan di luar gedung.

"Kami juga tidak tahu kondisi mesin itu seperti apa. Kalau asal kami terima, kemudian kondisinya rusak, siapa yang bertanggungjawab?" ujarnya.

Karena statusnya tidak jelas, mesin yang datang dalam kondisi terpisah-pisah tersebut, kini tergeletak begitu saja di luar gedung, tanpa ditutupi apapun.(GBI)

Pewarta: Oleh Gembong Ismadi

Editor : Gembong Ismadi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015