Denpasar (Antara Bali) - Kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi tidak memengaruhi perekonomian masyarakat Kota Denpasar sebagaimana hasil survei Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI).

"Dari hasil survei dan poling menyebutkan roda perekonomian masyarakat yang tidak berdampak terhadap kenaikan harga BBM hanya terjadi di Kota Denpasar," kata Koordinator YLKI Wilayah Bali, Muhammad Ali Azhar, di Denpasar, Kamis.

YLKI bersama Pusat Studi Kebijakan Bandar Lampung melakukan survei dan poling tentang harga dan ketersediaan BBM bersubsidi di Indonesia.

Survei dilakukan saat kenaikan harga premium dari Rp6.500 menjadi Rp8.500 per liter, solar Rp5.500 menjadi Rp7.500 per liter selama periode Desember 2014-Januari 2015 di enam kota besar di Indonesia, yakni DKI Jakarta, Bandar Lampung, Denpasar, Mataram, Manado, dan Pontianak.

"Tidak berpengaruh signifikan karena stok BBM masih dalam kondisi cukup. Sementara di Kota Pontianak merupakan kota yang paling terdampak karena di kota itu infrastruktur masih kurang memadai. Juga adanya dugaan penyelundupan BBM dari Malaysia ke Indonesia karena BBM dari Indonesia harganya sangat mahal," katanya.

Latar belakang survei dan poling itu, jelas Ali, sampel dalam penelitian terdiri dari berbagai kalangan yang berkaitan langsung dengan BBM, seperti pemilik kendaraan bermotor, pengecer BBM, petugas SPBU, dan 122 sopir angkutan umum.

Setiap kota secara keseluruhan respondennya sebanyak 100 orang. Lebih dari 60 persen adalah pengguna kendaraan roda dua dengan latar belakang pendidikan SMA dan pengguna BBM bersubsidi.

Dalam survei tersebut terungkap bahwa setiap responden membutuhkan BBM sebanyak 7,7 - 21,1 liter per pekan.
"Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan BBM sangat mendukung mobilitas masyarakat yang tinggi," kata Ali. (WDY)

Pewarta: Oleh I Komang Suparta

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015