Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali Made Gunaja mengatakan saat ini sudah tidak ada lagi nelayan di Pulau Dewata yang menangkap ikan menggunakan jaring "trawl" atau pukat harimau.
"Yang ada itu, untuk nelayan besar menggunakan jaring rawai tuna (long line) dan tangkap pancing ulur (handline). Sedangkan nelayan kecil menggunakan jaring-jaring kecil sepert jenis jaring insang (gillnet)," katanya, di Denpasar, Rabu.
Pemerintah Provinsi Bali, ucap dia, pada 2014 bahkan sudah membantu memberikan jaring gillnet sebanyak 52 unit kepada para nelayan. "Sedangkan untuk tahun ini kami tidak lagi memberikan bantuan jaring gillnet karena belum ada kelompok nelayan yang memohonkan penyediaan jaring tersebut," ujarnya.
Pihaknya tahun ini lebih memfokuskan untuk memberikan bantuan mesin tempel sebanyak 117 unit dan perahu 60 unit. "Kalau pada 2014, Pemprov Bali sudah memberikan bantuan mesin tempel sebanyak 63 unit dan perahu sebanyak 21 unit," katanya.
Pada intinya, menurut dia, dengan bantuan berbagai sarana tangkap tersebut untuk memperkuat nelayan-nelayan kecil sehingga hasil tangkapannya menjadi meningkat.
"Sesungguhnya potensi perikanan tangkap di Bali cukup tinggi, hanya saja cukup sulit untuk meningkatkan produksinya karena masih kurangnya sarana tangkap para nelayan," katanya.
Gunaja menambahkan, untuk menghindari adanya nelayan yang menggunakan jaring "trawl", telah dimantapkan sinergisitas pengawasan lewat Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmawas), yang aktif melakukan kegiatan patroli pengawasan.
"Beberapa Pokmawas juga kami ajak untuk melakukan rehabilitasi terumbu karang di samping diberikan pembinaan-pembinaan terkait sosialisasi aturan yang terbaru," katanya.
Sedangkan bagi Pokmawas yang berprestasi misalnya mendapatkan juara tingkat nasional, bahkan mendapat bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa kapal pengawasan seperti yang diperoleh Pokmawas di daerah Kelan dan Yasa Segara Kabupaten Badung. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Yang ada itu, untuk nelayan besar menggunakan jaring rawai tuna (long line) dan tangkap pancing ulur (handline). Sedangkan nelayan kecil menggunakan jaring-jaring kecil sepert jenis jaring insang (gillnet)," katanya, di Denpasar, Rabu.
Pemerintah Provinsi Bali, ucap dia, pada 2014 bahkan sudah membantu memberikan jaring gillnet sebanyak 52 unit kepada para nelayan. "Sedangkan untuk tahun ini kami tidak lagi memberikan bantuan jaring gillnet karena belum ada kelompok nelayan yang memohonkan penyediaan jaring tersebut," ujarnya.
Pihaknya tahun ini lebih memfokuskan untuk memberikan bantuan mesin tempel sebanyak 117 unit dan perahu 60 unit. "Kalau pada 2014, Pemprov Bali sudah memberikan bantuan mesin tempel sebanyak 63 unit dan perahu sebanyak 21 unit," katanya.
Pada intinya, menurut dia, dengan bantuan berbagai sarana tangkap tersebut untuk memperkuat nelayan-nelayan kecil sehingga hasil tangkapannya menjadi meningkat.
"Sesungguhnya potensi perikanan tangkap di Bali cukup tinggi, hanya saja cukup sulit untuk meningkatkan produksinya karena masih kurangnya sarana tangkap para nelayan," katanya.
Gunaja menambahkan, untuk menghindari adanya nelayan yang menggunakan jaring "trawl", telah dimantapkan sinergisitas pengawasan lewat Kelompok Pengawas Masyarakat (Pokmawas), yang aktif melakukan kegiatan patroli pengawasan.
"Beberapa Pokmawas juga kami ajak untuk melakukan rehabilitasi terumbu karang di samping diberikan pembinaan-pembinaan terkait sosialisasi aturan yang terbaru," katanya.
Sedangkan bagi Pokmawas yang berprestasi misalnya mendapatkan juara tingkat nasional, bahkan mendapat bantuan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan berupa kapal pengawasan seperti yang diperoleh Pokmawas di daerah Kelan dan Yasa Segara Kabupaten Badung. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015