Denpasar (Antara Bali) - Pengamat dan pelaku seni budaya Bali, Kadek Suartaya, S.S.Kar, MSi mengatakan, hampir semua banjar (dusun) di Bali memiliki perangkat gong kebyar sebagai media gamelan pengiring tari kebyar.

"Sekolah, kantor-kantor pemerintahan dan sanggar-sanggar seni pertunjukkan yang kian tumbuh subur juga memiliki instrumen gamelan yang berfungsi fleksibel," kata Kadek Suartaya yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, Jumat.

Ia mengatakan, pementasan seni kebyar menjadi sebuah pertunjukkan favorit masyarakat Pulau Dewata sejak tahun 1960. Bahkan tidak sedikit pelaku seni tari tersohor karena kepiawaiannya membawakan tari kebyar tertentu.

"Ada yang namanya eksis sebagai penari Tarunajaya, Kebyar Duduk dan Panji Semirang dan ada identifikasi seorang wanita Bali yang postur tubuhnya langsing semampai dengan rambut panjang menjuntai seperti Oleg Tambulilingan," ujar Kadek Suartaya.

Pementasan tari-tari kebyar di tengah masyarakat Bali memasuki tahun 1990-an agak meredup. Fenomena tergerusnya perhatian penonton terhadap seni kebyar juga dialami seni tontonan Bali yang sebelumnya digemari seperti drama gong, arja, dan sendratari.

Meskipun demikian lembaga pendidikan formal seni seperti Sekolah Menengah Kerawitan Indonesia (SMKI) yang kini sekolah menengah kejuruan (SMK) Negeri 3 Sukawati, Gianyar dan Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) kini ISI Denpasar tetap konsisten mengajarkan dan menciptakan seni kebyar. Memasuki tahun 2000-an, seni kebyar kembali bergairah, sanggar-sanggar seni mampu menelorkan penari-penari seni kebyar yang andal. Salah satu pemicu menetasnya generasi muda unggul seni kebyar adalah lomba-lomba tari yang berlangsung secara berkelanjutan di Pulau Dewata.(WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015