Denpasar (Antara Bali) - Bank Indonesia bersama dengan Pemerintah Provinsi Bali meluncurkan Sistem Informasi Harga Pangan Utama dan Komoditas Strategis (SiGapura) sebagai upaya menekan lonjakan harga pangan yang kerap dipicu minimnya akses informasi harga acuan.

"Jika ada komoditas yang dalam satu minggu (harganya) naik berturut-turut, nanti langsung ada `warning` (peringatan) melalui `sms` (pesan singkat)," kata Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Rabu.

SiGapura, lanjutnya, nantinya akan menampilkan harga komoditas, produksi, konsumsi, dan perdagangan antardaerah yang dikontribusikan oleh pemerintah kabupaten/kota masing-masing. Sistem tersebut akan terintegrasi dengan menyajikan harga komoditas utama penyumbang inflasi.

"Dengan adanya informasi harga pangan yang terpercaya diyakini dapat meredam lonjakan harga pangan yang kerap dipicu oleh minimnya akses informasi terhadap harga acuan dan memengaruhi ekspektasi pembentukan harga," imbuhnya.

Dia mengharapkan dengan sistem terintegrasi itu maka kesenjangan informasi harga pangan di masyarakat dan tingkat inflasi di Bali semakin terkendali. Melalui SiGapura itu, pemangku kebijakan bisa terjun langsung ke lapangan untuk memonitor perkembangan harga serta mengambil kebijakan apabila ada kenaikan harga.

Dewi lebih lanjut menjelaskan bahwa sistem terintegrasi itu bisa juga terkoneksi dengan Bulog dan Badan Meteorolgi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terkait ketersediaan beras dan perkembangan cuaca yang memengaruhi musim panen. Sementara itu terkait sumber daya manusia, kata dia, pihaknya bersama dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan telah melakukan pelatihan dan "capacity building" untuk memantapkan sistem tersebut. (WDY)

Pewarta: Oleh Dewa Wiguna

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015