Jakarta (Antara Bali) - Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Andrinof A Chaniago mengatakan indeks pembangunan masyarakat (IPM) dapat mengukur capaian kemajuan manusia pada pembangunan.
"Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kemajuan dan capaian masyarakat adalah dengan mengembangkan indeks pembangunan masyarakat," ujar Andrinof di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Senin (2/2).
Menurut ia, terdapat tiga cakupan unsur sosial budaya yang dinilai pada indeks pembangunan manusia, yaitu gotong royong, toleransi, dan rasa aman.
Gotong royong, ia katakan sebagai wujud modal sosial yang meliputi tingkat kepercayaan, sikap tolong menolong, aksi kolektif, dan jejaring sosial.
Selanjutnya toleransi, yang merupakan ukuran kohesi sosial, meliputi penghargaan antarumat beragama dan penghargaan antarsuku.
Kemudian rasa aman dinilai menggambarkan kepatuhan pada hukum sehingga mengurangi keresahan di kalangan masyarakat.
"Banyak kajian ilmiah dan bukti empiris yang menunjukkan bahwa investasi untuk pembangunan sosial budaya bukan saja merupakan medium efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melainkan juga dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," katanya.
Menurut dia, data yang didapatkan melalui indeks pembangunan masyarakat ini dapat dimanfaatkan pemerintah di kemudian hari dalam perencanaan pembangunan, sehingga kebijakan yang dibuat kelak menjadi tepat sasaran.
Sebelumnya, Menteri Andrinof yang juga merupakan ahli kebijakan publik dan perencanaan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengajak para ilmuwan sosial dan juga ilmuwan bidang lain untuk ikut serta meningkatkan pembangunan manusia melalui sejumlah program.
Program-program yang dihasilkan para pemikir tersebut diharapkan dapat mengarah pada peningkatan derajat kesehatan fisik, pengembangan kapasitas intelektual, dan pembentukan sikap mental yang positif, progresif, dan konstruktif bagi para subjek perubahan itu.
Menurut dia, ketiga dimensi kualitas manusia tersebut harus dikembangkan secara sempurna, sehingga masukan-masukan terkait pembangunan kelak, yang dihadirkan para pemikir-pemikir tersebut dapat melahirkan manusia Indonesia yang sehat seutuhnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Salah satu cara yang dapat ditempuh untuk mengukur kemajuan dan capaian masyarakat adalah dengan mengembangkan indeks pembangunan masyarakat," ujar Andrinof di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Depok, Senin (2/2).
Menurut ia, terdapat tiga cakupan unsur sosial budaya yang dinilai pada indeks pembangunan manusia, yaitu gotong royong, toleransi, dan rasa aman.
Gotong royong, ia katakan sebagai wujud modal sosial yang meliputi tingkat kepercayaan, sikap tolong menolong, aksi kolektif, dan jejaring sosial.
Selanjutnya toleransi, yang merupakan ukuran kohesi sosial, meliputi penghargaan antarumat beragama dan penghargaan antarsuku.
Kemudian rasa aman dinilai menggambarkan kepatuhan pada hukum sehingga mengurangi keresahan di kalangan masyarakat.
"Banyak kajian ilmiah dan bukti empiris yang menunjukkan bahwa investasi untuk pembangunan sosial budaya bukan saja merupakan medium efektif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, melainkan juga dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan," katanya.
Menurut dia, data yang didapatkan melalui indeks pembangunan masyarakat ini dapat dimanfaatkan pemerintah di kemudian hari dalam perencanaan pembangunan, sehingga kebijakan yang dibuat kelak menjadi tepat sasaran.
Sebelumnya, Menteri Andrinof yang juga merupakan ahli kebijakan publik dan perencanaan dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini mengajak para ilmuwan sosial dan juga ilmuwan bidang lain untuk ikut serta meningkatkan pembangunan manusia melalui sejumlah program.
Program-program yang dihasilkan para pemikir tersebut diharapkan dapat mengarah pada peningkatan derajat kesehatan fisik, pengembangan kapasitas intelektual, dan pembentukan sikap mental yang positif, progresif, dan konstruktif bagi para subjek perubahan itu.
Menurut dia, ketiga dimensi kualitas manusia tersebut harus dikembangkan secara sempurna, sehingga masukan-masukan terkait pembangunan kelak, yang dihadirkan para pemikir-pemikir tersebut dapat melahirkan manusia Indonesia yang sehat seutuhnya. (WDY)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015