Negara (Antara Bali) - Petani tomat di Kabupaten Jembrana rugi besar, karena harga komoditas pertanian tersebut yang anjlok hingga limapuluh persen.
"Selain harganya anjlok, banyak buah tomat yang membusuk karena terlalu sering hujan. Musim tanam ini saya jelas rugi banyak," kata Luh Darmi, salah seorang petani, di Desa Budeng, Minggu.
Ia mengatakan, pada bulan november harga tomat di tingkat petani Rp7000 perkilogram, namun kini turun menjadi Rp4000 perkilogram.
Menurutnya, penurunan harga mulai terjadi sejak bulan desember, dengan alasan pengepul tomat tidak mau membeli dengan harga tinggi, karena tomat cepat membusuk akibat air hujan.
Selain mempengaruhi harga, ia mengungkapkan, akibat curah hujan yang terlalu tinggi, produktivitas pohon tomat juga menurun dibandingkan saat kemarau.
"Saat kemarau, kami bisa melakukan panen hingga sepuluh kali. Tapi akibat hujan yang turun setiap hari seperti sekarang, tanaman tomat cepat layu sehingga panen bisa dilakukan paling banyak lima kali," ujarnya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015
"Selain harganya anjlok, banyak buah tomat yang membusuk karena terlalu sering hujan. Musim tanam ini saya jelas rugi banyak," kata Luh Darmi, salah seorang petani, di Desa Budeng, Minggu.
Ia mengatakan, pada bulan november harga tomat di tingkat petani Rp7000 perkilogram, namun kini turun menjadi Rp4000 perkilogram.
Menurutnya, penurunan harga mulai terjadi sejak bulan desember, dengan alasan pengepul tomat tidak mau membeli dengan harga tinggi, karena tomat cepat membusuk akibat air hujan.
Selain mempengaruhi harga, ia mengungkapkan, akibat curah hujan yang terlalu tinggi, produktivitas pohon tomat juga menurun dibandingkan saat kemarau.
"Saat kemarau, kami bisa melakukan panen hingga sepuluh kali. Tapi akibat hujan yang turun setiap hari seperti sekarang, tanaman tomat cepat layu sehingga panen bisa dilakukan paling banyak lima kali," ujarnya.(GBI)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015