Denpasar (Antara Bali) - Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar akan menggelar malam kenangan untuk almarhum I Wayan Beratha dengan mementaskan karya-karya seniman bergelar Empu Seni itu.

"Salah satu karya monomentalnya adalah senderatari Ramayana yang melibatkan seniman-seniman andal Pulau Dewata," kata Rektor ISI Denpasar Dr Gede Arya Sugiartha, Kamis.

Ia menjelaskan bahwa pagelaran yang terbuka untuk masyarakat umum berlangsung di gedung Natya Mandala ISI Denpasar pada Sabtu (3/1) malam.

Pementasan senderatari itu diperkuat seniman-seniman serba bisa itu Prof Dr Wayan Dibia, Cok Tisnu, Arini, Cok Padmini.

Para penabuh gamelan yang mengiringi antara lain Doktor Komang Astita, Suweca, Ketut Gede Asnawa, Nyoman Windha, dan Gusti Ngurah Padang.

Menurut Gede Arya, pementasan sendratari malam kenangan tersebut merupakan salah satu bentuk penghargaan dan penghormatan lembaga pendidikan tinggi seni terhadap Empu Seni I Wayan Beratha yang meninggal dalam usia 90 tahun pada 19 Mei 2014.

Pemerintah Kota Denpasar bekerja sama dengan Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana dalam menghargai dan menghormati karya-karya monumental almarhum I Wayan Beratha menerbitkan sebuah buku.

Buku dengan editor Prof Dr Nyoman Darma Putra berjudul "I Wayan Beratha; Seniman Bali Kelas Dunia" yang diluncurkan Wali Kota Denpasar Ida Bagus Rai Darmawijaya Mantra, pada 22 Desember 2014.

I Wayan Beratha semasa hidupnya pada tahun 2012 pernah mendapat penghargaan dari ISI Denpasar sebagai Empu Seni, yakni sebuah penghargaan bergengsi atau sejajar dengan gelar guru besar.

Dia lahir dari lingkungan seniman di Banjar Belaluan, Kota Denpasar, pada 1924. Darah seninya diturunkan oleh kakeknya I Ketut Keneng yang memiliki keahlian di bidang sastra.

Sang guru rupaka I Made Regog dan ibu Ni Made Rerod telah membimbing I Wayan Beratha dengan sentuhan seni gamelan.

Ayahnya, I Made Regog, adalah salah seorang tokoh seniman tabuh yang mengembangkan Gong Kebyar di Bali selatan.

Tabuh Kebyar Ding Sempati karya I Made Regog yang telah direkam dalam piringan hitam Odeon dan Beka pada tahun 1928 menjadi tonggak perkembangan tabuh-tabuh kreasi.

Dosen Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana, Prof I Nyoman Darma Putra sebagai editor buku berjudul "I Wayan Beratha; Seniman Bali Kelas Dunia" mengatakan,

seniman Bali sejak lama memainkan peranan penting dalam diplomasi kebudayaan dan promosi pariwisata, sehingga mampu mengantarkan Pulau Dewata kini dikenal secara meluas di mancanegara, sekaligus menarik perhatian para turis.

Sejak zaman kolonial, tim kesenian Bali sudah berbulan-bulan pentas di luar negeri seperti pada Colonial Exposition di Paris tahun 1931.

Mereka di sana mementaskan tari dan tabuh atas nama pemerintah jajahan Belanda. Yang dipromosikan adalah seni budaya sekaligus daya tarik wisata budaya Bali.

"Kalau Bali sekarang populer di mata wisatawan internasional, maka para seniman pada masa lalulah yang mempromosikan seni budaya Bali," ujar Darma Putra. (WDY)

Pewarta: Oleh I Ketut Sutika

Editor : I Gusti Bagus Widyantara


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2015