Washington (Antara Bali) - Seorang anak kecil setiap hari dibawa ke rumah sakit di Amerika Serikat pada 2012 dan 2013 akibat bungkus deterjen cucian, demikian hasil satu studi yang disiarkan pada Senin (10/11).
Kemasan deterjen cucian, yang berbentuk polong, mulai muncul di rak toko AS pada awal 2010, dan sejak itu makin banyak orang telah menggunakannya. Tapi kemudahan tersebut telah menimbulkan resiko buat anak kecil.
Pusat pemantau keracunan AS menerima laporan mengenai 17.230 anak kecil yang berusia enam tahun menelan, menghisap, atau terpajan pada bahan kimia di dalam poling deterjen cucian pada 2012 dan 2013, atau satu anak per jam, kata beberapa peneliti di Nationwide Children's Hospital di Columbus, Ohio.
Sebanyak 769 anak kecil dirawat di rumah sakit selama masa itu, rata-rata satu per hari, dan satu anak kecil meninggal, kata para peneliti tersebut.
Anak yang berusia 2,5 tahun menempati dua-pertiga kasus sebab anak pada usia itu memasukkan barang apa saja ke mulut mereka sebagai cara "meneliti" lingkungan hidup mereka.
Menurut para peneliti tersebut, anak yang menaruh polong deterjen di mulut mereka menghadapi resiko menelan banyak kandungan kimia dan sangat anak yang terpajan di dalam studi itu menelan bungkus deterjen tersebut.
"Polong deterjen cucian berbentuk kecil, warna-warni, dan mungkin terlihat seperti permen atau jus bagi anak kecil," kata Penulis bersama studi itu Marcel Casavant, Ketua Bagian Toksiologi di Nationwide Children's Hospital, di dalam satu pernyataan.
"Cuma diperlukan beberapa detik bagi anak-anak untuk mengambilnya, membukanya, dan menelan bahan kimia beracun di dalamnya, atau memasukkan bahan kimia tersebut ke mata mereka," katanya.
Hampir separuh anak kecil muntah setelah terpajan poling deterjen cucian, kata para peneliti itu, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Dampak umum lain ialah batuk atau tersedak, nyeri mata atau iritasi, pusing atau lesu dan mata merah atau radang pada mata.
Satu produsen kenamaan polong deterjen cucian mulai mengubah kemasannya pada musim semi 2013, dan memperkenalkan kemasan yang tak tembus pandang serta menambahkan pengait serta label peringatan pada kemasan tersebut, kata para peneliti itu.
Namun polong deterjen cucian dari banyak produsen terus dijual dengan kemasan tembus pandang dan bagian ujung yang memudahkan orang membuka kemasan itu, kata mereka.
"Tidak jelas apakah polong deterjen cucian yang ada saat ini benar-benar aman buat anak kecil; standard keselamatan nasional diperlukan untuk memastikan bahwa semua pembuat kemasan deterjen mematuhi pemberian label dan kemasan yang lebih aman," kata penulis utama studi tersebut Gary Smith, Direktur Center for Injury Research and Policy di Nationwide Children's Hospital.
"Orang tua anak kecil mesti menggunakan deterjen tradisional dan bukan polong deterjen," ia menambahkan. Studi itu disiarkan di jurnal medis AS, Pediatrics. (Xinhua-OANA/I018).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014
Kemasan deterjen cucian, yang berbentuk polong, mulai muncul di rak toko AS pada awal 2010, dan sejak itu makin banyak orang telah menggunakannya. Tapi kemudahan tersebut telah menimbulkan resiko buat anak kecil.
Pusat pemantau keracunan AS menerima laporan mengenai 17.230 anak kecil yang berusia enam tahun menelan, menghisap, atau terpajan pada bahan kimia di dalam poling deterjen cucian pada 2012 dan 2013, atau satu anak per jam, kata beberapa peneliti di Nationwide Children's Hospital di Columbus, Ohio.
Sebanyak 769 anak kecil dirawat di rumah sakit selama masa itu, rata-rata satu per hari, dan satu anak kecil meninggal, kata para peneliti tersebut.
Anak yang berusia 2,5 tahun menempati dua-pertiga kasus sebab anak pada usia itu memasukkan barang apa saja ke mulut mereka sebagai cara "meneliti" lingkungan hidup mereka.
Menurut para peneliti tersebut, anak yang menaruh polong deterjen di mulut mereka menghadapi resiko menelan banyak kandungan kimia dan sangat anak yang terpajan di dalam studi itu menelan bungkus deterjen tersebut.
"Polong deterjen cucian berbentuk kecil, warna-warni, dan mungkin terlihat seperti permen atau jus bagi anak kecil," kata Penulis bersama studi itu Marcel Casavant, Ketua Bagian Toksiologi di Nationwide Children's Hospital, di dalam satu pernyataan.
"Cuma diperlukan beberapa detik bagi anak-anak untuk mengambilnya, membukanya, dan menelan bahan kimia beracun di dalamnya, atau memasukkan bahan kimia tersebut ke mata mereka," katanya.
Hampir separuh anak kecil muntah setelah terpajan poling deterjen cucian, kata para peneliti itu, sebagaimana diberitakan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi. Dampak umum lain ialah batuk atau tersedak, nyeri mata atau iritasi, pusing atau lesu dan mata merah atau radang pada mata.
Satu produsen kenamaan polong deterjen cucian mulai mengubah kemasannya pada musim semi 2013, dan memperkenalkan kemasan yang tak tembus pandang serta menambahkan pengait serta label peringatan pada kemasan tersebut, kata para peneliti itu.
Namun polong deterjen cucian dari banyak produsen terus dijual dengan kemasan tembus pandang dan bagian ujung yang memudahkan orang membuka kemasan itu, kata mereka.
"Tidak jelas apakah polong deterjen cucian yang ada saat ini benar-benar aman buat anak kecil; standard keselamatan nasional diperlukan untuk memastikan bahwa semua pembuat kemasan deterjen mematuhi pemberian label dan kemasan yang lebih aman," kata penulis utama studi tersebut Gary Smith, Direktur Center for Injury Research and Policy di Nationwide Children's Hospital.
"Orang tua anak kecil mesti menggunakan deterjen tradisional dan bukan polong deterjen," ia menambahkan. Studi itu disiarkan di jurnal medis AS, Pediatrics. (Xinhua-OANA/I018).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2014